Go Blog

Nikmatnya pembantu sebelah rumah

Posted by Awan Punya Cerita Wednesday, December 2, 2009 0 comments

Aku ditinggal di suatu komplex perumahan, kebetulan disebelah rumahku dibuat kantoran. Kalo
siang memang ada beberapa karyawan yang mengerjakan sesuatu diditu, tetapi malam hari
kelihatannya sepi. Subuh itu ketika aku sedang merapikan tanaman di kebun kulihat ada
perempuan muda yang seksi sekali keluar dari rumah sebelah. Kelihatannya dia mau olah raga
karena dia memakai celana pendek dan kaos saja. Yang menarik adalah pakaiannya ketat
menempel dibadannya sehingga mempertontonkan keindahan toketnya yang montok dan pantatnya
yang besar. Segera aku keluar dari rumah dan olahraga ringan didepan rumah, menunggu dia
kembali lagi. Kebetulan dia hanya berlari2 jalanan rumahku yang cuma terdiri dari beberapa rumah
saja. Aku tersenyum, dan menyapanya : "Tinggal disebelahi ya, rajin banget olahraga, pantes
badannya kenceng dan montok". Mataku jelalatan memandangi bodinya dari atas sampe ke
bawah. "Ya, abis gak ada yang mau nememin ya jogging sendirilah, bapak tinggal disini ya. Suka
kan sama yang montok kan pak", jawabnya menggoda. "Suka banget, saya Ardi", kataku
memperkenalkan diri. "Saya Ines, pak", jawabnya. Kuremas tangannya ketika berjabat tangan.
"Kok sendirian pak", tanyanya lagi. "Saya sudah cerai dan anak saya ikut ibunya. Kamu sendiri?",
jawabku. "Iya pak, Ines sendiri, nungguin kantor. Kalo siang bantu2 yang kerja disini, merapikan
rumah, menyiapkan makan dan minum", jawabnya. "Kalo malem", tanyaku. "Kalo malem ya
bengong pak, abis gak ada yang nemenin", katanya sambil tersenyum genit. "Kalo nemenin saya
mau enggak", kataku mancing. "Kalo malem, kerjaan dah beres ya ayo aja pak, asal saya enggak
mengganggu bapak", jawabnya. "O ya enggak lah, masak ditemeni ngobrol sama cewek yang
montok kaya kamu terganggu. Paling yang terganggu adikku", kataku lagi. "O, bapak tinggal ama
adik bapak", jawabnya gak mengerti. "Sendiri sih, adik yang kecil yang terganggu, pengen berontak
kalo ngeliat cewek montok kaya kamu", jawabku sambil tersenyum. "Ih bapak, genit", katanya lagi.
"Ya sudah, sampe ntar malem ya", kataku. katanya. "Boleh gak tau no HP nya. Supaya gampang
kalo mau janjian". Dia memberikan no HPnya dan masing2 kembali kerumah.
Malam sudah agak larut ketika aku sms dia. Dia mengenakan sarung bali dan tanktop saja. Aku
sudah menunggunya dipintu pagerku, menungguku dikegelapan karena lampu depan rumahnya
sengaja tidak kunyalakan. "Masuk yuk", kataku sambil mengunci pintu pager. Dia kugandeng
masuk kerumahku. Makan malem yang kubelinya direstoran sudah kusiapkan di meja makan. Aku
mengajaknya makan sambil ngobrol. Selesai makan dia membantunya mencuci peralatan makan,
kemudian kami duduk disofa di depan TV. Aku duduk disebelahnya, langsung memeluk pundaknya.
Sarung balinya agak terangkat sehingga pahanya yang putih terlihat dan langsung kucium bibirnya.
Dia mendorongku, "eit sabar dulu dong..bapak udah napsu banget ya". "Iya nih", jawabku sambil
kembali melumat bibirnya. Dia pun membalas dengan memainkan lidahnya, sesekali dia
menghisap lidahku. Tanganku mulai memainkan toketnya, dan mulai menciumi lehernya.
"shhh..uhfff..terus pak..enak banget", desahnya. Sepertinya dia sudah pengalaman urusan begituan,
padahal umurnya masih muda, paling ampir 20tahunan. Kumasukkan tanganku kedalam tank
tonktopnya dan ternyata dia tidak pake bh..kuremas-remas kedua toketnya. Dia nampak sangat
menikmatinya, tangannya mengelus-elus kepalaku dan mulutnya mengeluarkan desahan desahan
kenikmatan. Kulepaskan tanktop serta sarung balinya dan kini dia telah bugil karena dia juga sudah
tidak mngenakan cd. Dia pun juga melepaskan baju dan celana pendek serta cd ku. "Wow gede
banget kon tol bapak, ga muat nih masuk no nok Ines", katanya sambil mengelus-ngelus kon tolku.
"Lebih gede mana kon tolku atau kon tol pacarmu?" tanyaku. "Ines gak punya pacar pak",
jawabnya. "Tapi sudah pernah ngerasain kon tolkan", jawabku mendesaknya. "Iya sih pak. Ines
berapa kali dien tot ama majikan sebelumnya. kon tol bapak jauh lebih gede, Ines takut ntar no nok
Ines jadi longgar kalo sering kemasukan kon tol segede ini", jawabnya, sementara itu tangannya
masih mengelus-elus kon tolku. Dia pun tersenyum dan langsung melumat bibir ku, aku pun
membalas dengan hangat dan kumainkan i tilnya dengan jari-jariku. "Shhh...uhffff.", erangnya. Kini
kujilat pentil toketnya. "Shhh...oh..ouchhh enak banget pak, terus pak, gak tahan nih", kembali dia
mendesah. Kini kepalaku turun kearah perutnya dan tangannya mendorong kepalaku supaya lebih
turun ke bawah. Kuturunkan kepalaku arah no noknya, jembut nya lebat, kemudian ku mainkan i
tilnya dengan lidahku. "Ouh...uhff.....enak banget pak, lidah bapak enak banget..terusin pak, puasin
Ines malam ini ya pak", suaranya mulai meracau. "Kok muasin kamu, kamu yang mestinya muasin
aku", kataku. "Sama2 muasin pak, aah", desahnya lagi. "Lanjutin lagi pak, lidah bapak enak
banget". Aku pun melanjutan memainkan i tilnya dan jariku memainkan bibir no noknya. "uhfff..enak
banget pak, Ines ngga tahan", desahnya kembali. Rupanya napsunya besar banget sehingga sudah
berkobar2 seperti ini. Akupun semakin liar memainkan lidah ku kadang kumasukkan kedalam no
noknya. Dia pun kadang menjambak rambut ku menahan nikmat, tanpa ada rasa sungkan. "Pak
Ines ga tahan nih, Ines mau nyampe, terus pak, ouhhh.....Ines nyampe pak....uhffffff", jeritnya, cairan
kenikmatan keluar dari no noknya dan aku terus menjilatnya sampai bersih. "Aduh pak, bapak hebat
banget. Belum dien tot Ines udah nyampe".
Aku pun maju kedepan sehingga kon tolku kini berada didepan bibirnya. Kutarik kepalanya
sehingga kon tolku kini menempel dibibirnya. Dia membuka mulutnya dan kudorong kon tolku pelan
pelan sehingga kon tolku masuk setengah. Dia pun mengulumnya, mulutnya memompa kon tolku.
"Ouhhh nikmat banget Nes, terusin isep yang kuat kon tolku", kini aku yang mendesah. Dia pun
melepaskan kon tolku dan menyuruhku berbaring di sofa. "Bapak berbaring aja, biar Ines isep, kon
tol bapak enak banget", kini dia asik mengulum kon tolku dengan ganasnya dan tangannya
memainkan biji pelirku. "Ouhh..Nes enak banget, terus, kocok terus kon tolku pake mulut kamu", aku
mendesah kembali saking nikmatnya. Dia melanjutkan mengulum kon tol ku. Kemudian aku
menghentikan aktivitasnya, dia kubaringkan di sofa dan aku mulai menjilati i tilnya lagi. Dia kembali
berteriak2 minta segera dien tot. Kugendong dia dan kubawa ke kamar. Di kamar kuletakkan dia
dikasur dan aku menindihnya. Aku memainkan kon tol ku di bibir no noknya. "shhhh..ouhhh masukin
pak, Ines ga tahan nih", pintanya. Akupun memasukkan kon tolku pelan-pelan...agak susah karena
kon tolku lumayan besar walaupun no noknya sudah sangat becek. "Dorong yang dalem pak, kon
tol bapak enak banget, terus paak", kembali dia mendesah. Bles.... kon tolku masuk semua
kedalam no noknya. Aku pun mulai memompa kon tolku. "ouh..hhshhhh...uhfff..terus pak, en tot terus
no nok Ines"., desahnya lagi. "Enak gak kon tolku, mana lebih enak kon tolku atau kon tolnya
majikan kamu", tanyaku. "kon tol bapak lebih enak, gede banget, terus pak, en tot terus, tusuk yang
dalem no nok Ines", jawabnya sambil bergerak tidak teratur menahan nikmat. "Terus pak, Ines aku
mau nyampe nihh, en tot terus no nok Ines, terus...ouhhhh...Ines nyampe pak", jeritnya sambil
menggelepar. kon tol ku serasa dijepit dan kemudian terasa hangat karena cairan kenikmatannnya.
Akupun terus memompa no noknya yang sudah sangat becek. Clep..clep terdengar bunyi dari no
noknya yang terus ku pompa. "Nes no nok kamu enak banget, aku en tot terus ya...kon tolku rasanya
ga mau lepas", kataku. "en tot terus no nok Ines pak, enak banget, terus pak, kon tol bapak perkasa
banget", desahnya berulang2. Dia pun mengoyangkan pingulnya mengikuti irama kon tolku,
tampaknya napsunya telah bangkit kembali.Kutekuk kakinya kedepan sehingga kon tolku lebih
leluasa menerobos no noknya. "oh nikmat banget pak, kon tol bapak masuk dalam banget, terus
pak, en tot yang kuat no nok Ines, nikmatin sepuas bapak ..ouhhhh...uhfff", desahnya lagi. "Pak, Ines
mau nyampe lagi nihh....terus pak, yang kenceng, kon tol bapak enak pak". Akupun mempercepat
goyangan ku dan sekali lagi tubuhnya kembali mengejang dan menumpahkan cairan kenikmatan.
Kucabut kon tolku...dan kulihat no noknya nampak merah dan cairan kenikmatannya keluar
mebasahi kasur. "Ines cape banget pak, ternyata bapak hebat muasin wanita.", katanya lemes. Aku
pun melumat bibirnya dengan nafsu. "Nes, isep kon tol ku lagi dong", pintaku. Walaupun lemes, dia
mulai mengulum kon tolku lagi."Bapak kok kuat banget sihhh, mulai tadi belum keluar, no nok Ines
aja udah tiga kali", katanya sambil mengocok kon tolku, kemudian kembali diemutnya. Aku hanya
tersenyum, "terus Nes, kuluman kamu enak banget, isep yang kuat kon tolku". Dia pun dengan
ganas mengulum kon tolku. Pak, en tot Ines lagi ya, sekarang ya, Ines ga tahan nihhh, kon tol bapak
gede banget...no nok Ines udah gatel nih pengen rasain lagi kon tol bapak", pintanya. Luar biasa
napsunya, katanya udah lemes tapi masih minta dien tot lagi. Aku pun menyuruhnya menungging ala
dogy style, kudorong pelan-pelan kon tolku sampai amblas kedalam. "ouh...nikmat banget kon tol
bapak, terus pak, goyang", pintanya. Ku pompa terus no nok nya. Kembali dia mendesah2, "Pak,
enak banget, shhhh..uhff....en tot terus pak, en tot Ines terus pak, Ines suka dien tot ama bapak". Dia
mulai meracau tidak karuan. Aku hanya diam karena sedang berkonsentrasi mengkon toli no
noknya. "Pak, Ines mau keluar nih, terus pak, en tot terus....ouh.". Cret..cret..cret..terasa kon tolku
disiram oleh cairan cintanya. Aku pun terus memompanya karena aku belum apa-apa. "Enak Nes
kon tol ku", tanyaku.Enak banget pak, en tot terus no nok Ines, terus pak", jawabnya sambil
memutar-mutar pingulnya sehingga kon tolku serasa terpilin-pilin. "Terus Nes..aku mau ngecret
nih...enak banget", giliranku yang mendesah. "Iya pak, Ines juga mau keluar lagi, en tot yang
kenceng no nok Ines pak", jawabnya mendesah juga. "Ngecretin dimana Nes", tanyaku. "Ngecretin
didalam aja pak, no nok Ines pengen ngerasin peju bapak", jawabnya. Aku pun menggenjot dengan
cepat no noknya. "Ines keluar nih pak...ouh...aahhhh", dan akhirnya aku juga, "Aku juga
Nes.....ouhhhhh". Cret..cret..cret aku pun menumpahkan pejuku didalam no noknya sambil
kupompa pelan-pelan. Pejuku sebagian keluar lewat bibir no noknya. "Enak banget di en tot sama
bapak...uhfff...Ines cape banget", katanya kembali lemes.
Aku pun mencabut kon tolku, Ines pun tersenyum manis dan dengan lahap mengulum kon tol ku
yang masih lemas, dia memasukkan semua kon tolku sampai kemulutnya dan menghisapnya.
Kurasakan lidahnya bermain diujung kon tolku. "ohhh nikmat banget Nes...terus, kon tolku mulai
bangun nih". kon tol ku pun mulai tegang kembali, ines mengulumnya dengan lembut seperti sedang
menikmati lolypop. "Cepet juga nih ngacengnya", katanya. "Isep terus ya..isepan kamu enak
banget", jawabku terengah. Ines pun meghisap kon tolku sambil lidahnya menggelitik ujungnya.
Hampir sepuluh menit dia menghisap kon tolku, "masukin lagi ya pak, ines udah ga tahan nih liat
kon tol bapak". Ines pun jongkok diatas kon tol ku dan mengarahkan kon tol ku keno noknya. Pelan
-pelan tapi pasti dia menurunkun pantatnya.kulihat rona mukanya yang memerah menahan nikmat
yang diberikan oleh kon tol ku. "ouh...kon tol bapak kok bisa gede banget sih, kayanya sampe ke
rahim ines deh". Ines pun mulai menggoyang pinggulnya seperti inul sedang goyang ngebor. "ouhh
Nes, enak banget, terus", kon tol ku serasa di pijat dari segala arah sementara tangan ku
meremas toketnya dengan kuat menahan rasa nikmat. "oh pak..kon tol bapak enak banget ...remas
yang kuat toket ines". Aku pun meremas toketnya dengan kuat dan menggoyang pinggulku...
"Nikmat banget pak. Ines mau nyampe nih....terus", dia pun meremas tanganku yang berada
ditoketnya,sepertinya dia sedang menahan sesuatu yang sangat nikmat dan kepalanya
menengadah keatas. "ouhhhh....Ines keluar lagi pak, nikmat banget.....uhffff". Cairan cintanya pun
mengalir dikon tolku dan membasahi jembut ku. Dia pun menunduk mencium bibir ku sementara
kon tolku masih berada dino noknya. "Pak, nikmat banget deh, Ines capek banget nih". Aku pun
tidak memperdulikannya kubaringkan dia dan ku pompa kembali no noknya. "ouhhh, terus pak".
Aku pun memompa semakin liar. "no nok kamu enak banget Nes ....terus Nes ...goyang terus
pinggul kamu, aku mau ngecret nih". Ines pun menggoyang pinggulnya. "Terus Nes, aah", akhirnya
pejuku pun menyembur kembali didalem no noknya. "Pak, nikmat banget deh", katanya terengah.
Ines berbaring mengangkang, pejunya basah karena lelehan cairan no noknya dan pejuku yang
keluar ketika kon tol kucabut. aku menelungkup diselangkangannya dan mulai menjilati no noknya
yang sudah sangat becek, terasa asin namun nikmat. "Pak, masih pengen ya, bapak kuat banget
sih napsunya. balikin badan bapak biar Ines isep kon tol bapak. soalnya ines tambah napsu kalo
isep kon tol bapak". Aku pun berbalik, kini kami bergaya 69 menyamping, kepala ku dijepit oleh
pahanya lidahku terus memainkan lubang no noknya dan kadang kutusuk masuk keno noknya.
Semantara jari ku kutusuk masuk kedalam lubang pantatnya. "Enak pak, kocokin pantat Ines pak,
terus pak, enak banget. Ines belum pernah dicolok lubang pantatnya. Ternyata nikmat juga ya". Kini
pinggulnya mulai bergoyang menekan mulutku, semantara kon tolku terus dihisap dengan kuat
sehingga kini kon tolku telah ngaceng kembali. "Terus pak hisap yang kuat lubang no nok
Ines....ohhh, Ines mau nyampe lagi pak ...ouhhhhh...achhh". Cret..crett...terasa cairan asin
membasahi lidahku, aku pun menjilatnya sampai habis. "udah Nes..kamu puas kan", aku pun
memeluknya. "puas banget pak, kon tol bapak enak banget, pengen rasanya isep kon tol bapak
terus. Pak, kon tol bapak masih ngaceng tuh, gara-gara Ines isep tadi ya". "Biarin aja aku udah
cape banget nih ntar lemes sendiri kok". Kulihat jam telah pukul 2 pagi dan aku sangat ngantuk
namun
nampaknya ines tidak mau menyia-nyiakan kon tol ku yang lagi ngaceng. "Bapak tiduran aja ya,,biar
kon tolnya Ines isep ampe ngecret....kasian udah terlanjur ngaceng nih". Ternyata Ines punya nafsu
yang tinggi, dia pun mengulum kon tolku dengan lahapnya sementara aku hanya berbaring
menikmatinya. "shhh...uhfff terus Nes". Sekitar setengah jam dia mehisap akhirnya aku mau
ngecret. "isep terus Nes, aku mau ngecret nih". Dia pun mengulum kon tolku dengan cepat dan
cret..cret...pejuku kembali keluar di mulutnya dan nampaknya hanya sedikit. dia pun asik menjilati
nya sampai bersih dan badanku pun terasa lemas sekali. Kulihat Ines terus menjilat kon tolku dan
aku pun memejamkan mata karena mengantuk dan akhirnya tertidur.. Ines pun tertidur disamping
kon tolku.
Kira-kira pukul 8 aku terbangun. Aku keluar kamar, kulihat Ines sedang menyiapkan sarapan,
rambutnya basah habis keramas. dia hanya memakai sarung bali yang dililitkan sampai didadanya.
"udah bagun pak, mandi gih sana trus makan nih, pasti bapak laper banget kan". "Oke deh",
jawabku. Aku masuk kamar mandi, pintunya tidak kututup. kulihat ines memandangku terus penuh
nafsu. Ines terus memandangiku dan kini tangannya meremas toketnya sendiri. akupun
memanggilnya, dia langsung masuk ke kamar mandi dan melepaskan sarung balinya. "Pak, Ines
pengen dien tot lagi. no nok Ines gatel nih liat kon tol bapak". "Nes...ga ada cape nya". "abis bapak
sih, mandi kaga tutup pintu, ya Ines napsu deh ngeliat kon tol bapak". Dia pun jongkok mulai
menghisap kon tolku yang masih lemas. Tidak berapa lama kemudian kon tol ku kembali berdiri
tegak. Kusuruh dia nungging dan tangan nya berpegang ke bak mandi. Kumasukkan kon tolku
kedalam no noknya yang sudah basah, dan kuenjot dengan penuh napsu. "pelan-pelan aja pak, kan
kita masih punya banyak waktu. Hari ini kantornya tutup kok, jadi Ines gak usah siap2". Aku tidak
peduli dengan ucapannya dan terus menggoyang pinggulku semakin ganas. "nikmatttt
pak....terus...en tot terusss". Aku memompa no noknya dan tanganku meremas-remas toketnya
yang bergelantungan. "nikmat banget pak, terus....kon tol bapak gede banget". Dia terus meracau
dan tidak lama kemudian kurasakan tubuhnya mengejang. "ouhhh Ines nyampe pak, enak banget
deh kon tol bapak". Aku pun mencabut kon tol ku dari no noknya. "Ines isep lagi ya pak, sampe
ngecret". "Ngga ah , aku mau en tot kamu aja ampe ngecret .sekarang kamu baring di ranjang ya".
Dia kuseret keluar dari kamar mandi dan kudorong ke ranjang sampe telentang. kubuka lebar lebar
pahanya sehingga terlihat jelas no noknya yang merekah. Ku tancapkan kon tolku perlahan lahan
dan beberapa saat kemudian kon tolku sudah keluar masuk di no noknya. "ouchhh nikmat banget
pak, en tot terus pak, siram no nok Ines dengan peju bapak". Nampaknya gejolak napsunya sudah
memuncak sehingga dia meracau tidak karuan. kepalanya menggeleng kekiri dan kekanan
sehinga terlihat sangat seksi. Aku pun memompa semakin cepat. "en tot Ines terus pak, tusuk terus
no nok Ines. Ines mau nyampe lagi...terus pak....ouchhh..ahh...Ines dah nyampe pak". Cairan cinta
pun keluar dari no noknya sementara itu aku juga udah mau ngecret. Kuenjotkan kon tolku dengan
cepat dan keras sehingga Crot...crott...crot...pejuku mucrat kemabli didalam no noknya. Setelah
reda gelombang kenikmatan yang menerpa, aku berdiri. dia kutarik juga dan kami pun mandi
bersama-sama. Setelah itu baru sarapan.

| | edit post

Anak Sekolah Itu Bernama VINA

Posted by Awan Punya Cerita 0 comments

Pengalaman ini terjadi ketika aku kelas 3 SMA, aku memang berasal dari keturunan yang sangat disiplin dalam segala sesuatu. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara dan semuanya perempuan, namun kata orang sih aku yang paling cantik dan menurut orang-orang wajahku agak mirip Desy Ratnasari. Papa dan Mama cenderung orangnya keras dalam mendidik anak-anaknya bahkan boleh dibilang Papa itu orangnya tidak pernah menunjukkan pujian kepada anak-anaknya, jadi alhasil sampai saat ini aku tidak pernah merasakan belaian kasih sayang seorang ayah layaknya.

Saking kerasnya didikan orang tua kami, mereka menyekolahkan semua anaknya di sekolah favorit termasuk aku dan tidak mengijinkan anak-anaknya untuk pacaran sebelum lulus SMA dan waktu itu aku terpaksa menurut walaupun dalam hati kecilku aku berontak karena di sekolah banyak sekali cowok keren yang cukup menarik perhatianku dan cukup banyak pula cowok yang mendekatiku lantaran wajahku yang lumayan. Namun semuanya terpaksa aku tolak dan hasratkupun aku pendam dalam-dalam demi menyenangkan kedua orang tuaku.

Terus terang saat aku sendiri aku sering membayangkan bisa merasakan nikmatnya berciuman dan juga ingin merasakan ada tangan yang membelai rambutku, menjilati sekujur tubuhku (seperti yang aku lihat di blue film ketika aku SMP), juga ingin merasakan ada penis ukuran besar memasuki vaginaku, sehingga akupun sering bermasturbasi di kamarku.

Suatu hari di sekolah (entah kapan persisnya), saat di kelasku ada pelajaran Tata Negara yang menurutku cukup membosankan, namun aku suka pelajaran itu karena Bapak Gunawan yang mengajar kunilai cukup simpatik dan tampan walaupun usianya pantas menjadi bapakku. Beliau usianya mendekati 45 tahun, selalu bercukur, agak gemuk dan aku suka memperhatikan rambut di dadanya yang agak tersembul saat dia mengajar. Saat itu aku memperhatikan penampilannya agak lain dari biasanya, beliau saat itu mengenakan pakaian batik berwarna biru gelap dipadu dengan celana panjang berwarna agak hitam. Aku sangat terpesona sehingga aku membayangkan dapat bercinta dengannya, dan tak kusadari vaginaku telah basah.

"Vina!", tegurnya melihatku tidak konsentrasi.
"Eh.. i.. iya Pak", sahutku sekenanya.
"Tolong perhatikan", timpalnya.
"Baik Pak" jawabku.
Sialan makiku dalam hati apes banget aku apalagi ditambah dengan ledakan tawa seisi kelas yang membuatku sangat kesal. Akhirnya kuikuti terus pelajaran dengan hati tidak menentu.

Seusai sekolah, aku langsung berlari menuju mobilku yang kubawa sendiri dan kuparkir dekat halaman sekolah, aku berniat langsung pulang mengerjakan PR-ku yang seabreg. Namun sesuatu menghambat niatku saat aku melihat Bpk. Gunawan sedang menunggu kendaraan umum di dekat sekolah, langsung kuhampiri dia dan kubuka kaca jendela mobilku.

"Pak!", tegurku.
"Eh, Vina", sahutnya.
"Pulang ke arah mana, Pak?", tanyaku.
"Kebayoran Baru", jawabnya.
"Wah, searah dong", timpalku.
"Ikut sekalian Pak", kataku sambil membuka pintu mobil dari dalam.
"Enggak merepotkan?", tanyanya.
"Tidak apa-apa", jawabku.
"Baiklah", jawabnya seraya naik ke mobilku.

Sepanjang perjalanan kami banyak berbicara tentang banyak hal, dan ternyata beliau cukup menyenangkan, ternyata beliau memperhatikanku cukup lama ini kuperhatikan lewat ekor mataku sesekali, dan tiba-tiba dia menyentuh tanganku.
"Maaf", katanya.
"Tidak apa-apa kok Pak", sahutku, aku senang juga dalam hati.
Lalu secara tidak sengaja kulirik dia dan astaga!, ternyata celana bagian depannya ada tonjolan.

Ketika sampai di rumahnya, dia menawarkan masuk dan langsung kusetujui. Rumahnya cukup sederhana namun rapi, sesudah aku masuk beliau bercerita tentang dirinya lebih banyak bahwa dia sampai saat ini masih belum menikah, mendengar ceritanya aku semakin simpatik dan semakin membayangkan bisa bercinta dengannya. Akhirnya kami saling berpandangan tanpa berkata apapun, dan tangan beliau secara spontan membelai rambutku, lalu perlahan dia menciumku, "Oooh nikmat rasanya", dan segera kubalas ciumannya dengan hangat. Ternyata beliau bisa membaca situasi dan langsung tangannya menggerayangi sekujur tubuhku sehingga membuatku menggelinjang kenikmatan.

Selang beberapa lama, dia menuntunku masuk kamarnya dan aku menurut saja, ketika kami masuk ke kamar dia langsung mengunci pintunya dan memulai kembali aksinya, dengan napasnya yang memburu dia menciumiku dan tentu saja kubalas kembali dengan tak kalah memburunya. Perlahan-lahan dia melepaskan baju seragam sekolahku, dan rokku. Praktis kini hanya behaku dan celana dalamku yang tinggal.

"Kamu cantik sekali, Vin", katanya, aku hanya tersenyum mendengarnya karena aku ingin dia berbuat lebih dari itu, dan diapun ternyata memahaminya, dengan cepat dia melucuti beha dan celana dalamku sehingga aku telanjang bulat di depannya. Lalu gantian dia yang melepaskan seluruh bajunya. Saat semua bajunya terlepas, aku agak sedikit memiawik melihat penisnya yang telah tegang dan besarnya sekitar 24 cm dengan diameter kira-kira 4 cm, namun aku juga kagum melihatnya. Tanpa basa-basi dia langsung menidurkanku di tempat tidur dan membuka kakiku lebar-lebar sehingga kewanitaanku dapat terlihat jelas olehnya, kemudian dengan tidak membuang waktu lagi dia mulai membenamkan kepalanya disana dan mulai mempermainkan lidahnya sehingga aku menjerit-jerit kecil menahan kenikmatan. "Ehm.. ahh.. ahh..", hanya itu yang bisa kuucapkan, sampai beberapa waktu lamanya aku merasakan puncak kenikmatan dan menjerit-jerit, "Oh.. ahh.. aaah.. Pak.. ohh.. nikmat.. ooooh.." Dan spontan aku menjambak rambutnya tanpa mempedulikan lagi status antara kami.

Lalu dia bangkit dan secara cepat penisnya sudah ada di depan mukaku, aku paham maksudnya langsung kujilati penisnya perlahan-lahan kumainkan dengan lidahku dan aku dapat mendengar rintihannya menahan nikmat. Lalu kumasukkan penisnya ke dalam mulutku, sudah kuduga aku tak dapat melahap seluruhnya, hanya setengahnya yang masuk ke mulutku. Kulakukan gerakan maju mundur dengan kepalaku membuatnya semakin merintih kenikmatan. Harus kuakui aku juga menikmati permainan ini apalagi saat kurasakan penisnya berdenyut dalam mulutku, rasanya tak ingin kuakhiri permainan ini.

Tiba-tiba dia menarikku ke atas dan langsung dia menidurkanku kembali, kakiku kembali dibuka lebar-lebar dan dia mempermaikan klitku dengan penisnya yang membuatku semakin tak karuan sehingga tak berapa lama aku kembali mencapai puncak kenikmatan dan cairan kewanitaanku membasahi penisnya. Lalu tiba-tiba dengan satu gerakan cepat dia memasukkan penisnya ke dalam vaginaku, aku langsung menjerit karena vaginaku masih sempit dan aku masih perawan, sehingga kurasakan agak sedikit perih. Namun rupanya beliau telah tahu keadaanku sehingga dia diam sebentar agar aku dapat menguasai diri.

Setelah aku dapat menguasai diri beliau langsung menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan dan makin lama makin cepat sehingga tubuhku terguncang-guncang. Setelah kira-kira 2 jam kami berpacu dalam birahi, aku merasakan orgasme kurang lebih sebanyak 5 kali sampai terakhir kurasakan beliau ingin mencapai puncak dia mengejang dan menjerit tertahan lalu kurasakan cairan hangat menyemprot dinding vaginaku.

Setelah semuanya selesai, aku pun berpamitan dengannya dan berjanji untuk melakukannya kembali malam minggu nanti.

| | edit post

ERLYKU KASIH AKU KEPERAWANANMU

Posted by Awan Punya Cerita 0 comments

Kuperkenalkan dulu diriku, aku seorang yang berasal dari keluarga sederhana. Namaku Heri, umurku sekarang 23 tahun,aku akan menceritakan awal mula pertama kali melakukan hubungan badan dengan lawan jenis. Saat itu usiaku 18 tahun, aku baru saja lulus dari SMK swasta di kotaku, boleh dikata nilai ijazahku sangat memuaskan,lalu aku melamar pekerjaan ke salah satu perusahaan otomotif terkemuka di negeri ini, disaat aku menunggu panggilan kerja, Om ku datang menawarkan pekerjaan buat aku, katanya ada lowongan di tempat om bekerja, tapi posisinya sebagai OB alias office boy,waduuh apes banget gue, begitu ada yang nawarin pekerjaan tapi Cuma sebagai OB”pikirku, tapi nggak apa dech, itung- itung ngisi waktu buat nunggu panggilan kerja. Dihari pertama aku kerja di tempat om ku, sungguh diluar dugaanku. Ternyata karyawan ceweknya cantik2, banyak lagi. Wah kesempatan nih mumpung aku lagi jomblo, siapa tahu ada karayawati om yang mau sama aku,gumamku. Aku melihat salah seorang karyawati yang kuketahui bernama Erly, orangnya cantik, putih, tinggi badan kurang lebih 168 cm, ukuran bra kira-kira 36 C ditambah bodinya yang aduhai karena dia giat banget fitness,apalagi pantatnya yang besar,kalau dia lagi jalan,pantatnya naik turun yang bikin pikiran cowok yang memandangnya ingin meremas pantatnya,pernah suatu hari aku melihatnya diruang rest room,dia sedang menanggalkan blouse atasnya,saat itu aku liat dia Cuma pakai hem warna putih transparant yang seakan-akan terlalu kecil buat dia,seakan-akan ada yang nggak muat dibalik bajunya,mungkin karena teteknya terlalu gede kali,wah..wah..montok banget nih cewek, aku sudah membayangkan bagaimana kalau aku bisa meluk dia…pastinya angeeeet banget,Aku mulai cari informasi mengenai dia,apa yang dia suka dan apa yang dibencinya,tiap kali bertemu dia,aku selalu menyapanya..diapun membalas sapaanku..ada kemajuan nih pikirku. Selang waktu 2 bulan, keakraban kami bukan lagi sebagai atasan dan bawahan,saat aku main kerumahnya diapun menyambutku dengan ramah.Sudah saatnya aku mengungkapkan perasaanku kalau aku sayang padanya.”Er aku mau ngomong sesuatu sama kamu,sebenarnya aku sudah lama pengin ngomong ini”dia jawab
ngomong aja,”aku sebenarnya sayang sama kamu, kamu mau kan jadi pacar aku?lalu dengan ekspresi kaget di jawab” Her, berarti selama ini kamu salah tafsir tentang kebaikanku ke kamu,aku Cuma nganggap kamu teman,lagian kedudukan kita berbeda,aku sekretaris kantor sedangkan kamu Cuma OB”saat itu aku bagaikan tersambar petir,bukan masalah aku ditolak, tapi dia sudah menghina aku dengan kata-kata seperti itu.Saatnya aku bikin perhitungan sama dia,nggak masalah aku ditolak,tapi aku harus bikin dia takluk sama aku…besok harinya kebetulan dia kerja lembur karena dapat banyak tugas dari om ku,seandainya dia aku perkosa,jelas sekali kalau dia akan mengadukan aku ke polisi, tapi kalau aku bius, darimana aku bisa dapat Chloroform?akhirnya aku dapat ide, temenku pernah cerita kalau minuman bersoda bermerek s***** dicampur salah satu obat tetes mata I****,bisa bikin orang teler alias pingsan,segera aku membeli minuman serta obat tersebut. Begitu aku sampai kantor, aku campur minuman tadi dengan obat tetes mata dengan dosis beberapa 2 tetes, aku pura2 ngasih sama dia minuman tadi, dengan alasan sebagai permintaan maaf atas kelancanganku dan berharap kita masih bisa temenan, awalnya dia nolak,tapi aku bilang ke dia kalau aku nggak ada maksud lain…biar tidak curiga lalu aku pura2 ijin pulang,tapi sebenarnya aku sembunyi di room direksi,aku intip dia dari ruang itu,aku liat dia mulai teguk minuman yang aku kasih tadi,ternyata benar juga,dalam hitungan menit dia langsung jatuh pingsan diatas kursi kerjanya,wah inilah kesempatanku,aku datangi dia lalu aku coba bangunin dia,siapa tau dia Cuma tertidur….aku colek tangannya dia diem,lalu aku colek teteknya,dia tetep diem…ehhh ternyata beneran dia pingsan,dia kusandarkan dikursi,aku jongkok didepannya,lalu aku peluk dia erat2,akhirnya apa yang aku impikan selama ini tercapai,awalnya aku remas teteknya yang gede itu dari luar pakaiannya,wihh kenyal banget pentilmu Er,ooohhh…enak banget Erly,lalu aku mulai mencium bibirnya yang seksi,aku kulum sampai bibirnya memerah,slurp…oh enak banget…slurp…slurp, aku mulai turun mencumbu lehernya,lalu melepas blousenya, mulai kubuka kancing bajunya satu persatu,wowwww……tiba tiba aku terbelalak seakan tak percaya dengan apa yang aku lihat,tetek loe gede banget Er,ini beneran tetek? Kok bias segedesemangka gini…???lalu aku lanjutin membuka BH nya,wiiiii… what a nice tits babe…..aku rasa tetekmu ini lebih dari 36 C,atau mungkin tepatnya 39 C, American cup size man..pokoknya malam ini loe harus muasin gue,mulai kukulum putingnya yang berwarna merah muda,dan putingnya yang belum nongol,apa mungkin dia sama sekali belum dijamah sama cowok ya? Pikirku,aku mulai menjilati ujung teteknya, kadang aku gigit sampai ada bekas di teteknya,aku makin bergairah saja,aku remas teteknya yang kenyal banget, habisnya kayak bola karet,he..he..kukulum2 sampai putingnya mulai mengeras,lalu aku mulai menjilati pusarnya dan akhirnya kulepas roknya yang seksi itu,Erly aku udah nggak sabar nih,pengin masukin kon***ku ke lubang vag***mu, begitu roknya terlepas dari kakinya,kulihat celana dalamnya yang makin bikin aku bertambah gairah, dia memakai tounge G-string(celana dalam seksi yang kayak tali),yang biasa dipake bule saat berjemur di pantai (kayak yang aku liat di tivi),transparan lagi….aku jilati pahanya yang putih mulus,lalu aku sampai pada ujung pangkal pahanya,mulai kuturunkan celana dalamnya,pelan-pelan aku menghayati aksiku,aku lihat pemandangan yang luar biasa,vag***nya menggelembung kayak seonggok daging,dan mataku tertuju pada klitorisnya yang sedikit basah kemerahan,dengan ditumbuhi bulu halus disekitar organ kewanitaannya.Waduh harus cepet-cepet nih masukin barang gue,udah ngaceng keatas gini…aku mulai menjilati dengan ganasnya,lalu aku buka bibir kemaluannya,kujilati terus tanpa henti,Erly ini saatnya gue masukin tongkol gue ke vag*** loe,kon*** gue udah nggak tahan nih,aku tanggalkan semua pakaianku,kini kami berdua telanjang tanpa sehelai benangpun,aku geser tubuhnya sedikit lalu aku angkat kaki kanannya…..aku tempelkan kon***ku ke vaginanya,mula-mula kugosokkan pelan-pelan mulai dari bibir atas vag***nya yang sudah basah oleh liurku,ini mana sih lubangnya? Susah amat nyarinya,pembaca harap maklum, saat itu aku baru pertama kali ngelakuin yang namanya free sex,begitu ketemu,aku tekan maju mundur dengan pelan2,kok sempit banget pikirku…oke,aku akan paksa kont**ku ngambil perawan loe Er..satu..dua..tiii..gaaaaa…preeet..preett,kok kayak ada yang sobek?? Tapi apa’an ya,awwwww yes…kont**ku dah masuk separuh,tapi rasanya ada yang ngilu di pusakaku ini,kayak kejepit pintu..tapi bedanya ini rasanya enak banget,kutarik pelan-pelan,kudorong lagi..blesssss..akhirnya kont**ku masuk sepenuhnya,lalu mulai kugenjot dia sampai teteknya yang montok itu bergoyang keatas dan kebawah,Er enak banget memiaw loe,udah cantik,putih,montok ditambah memiawmu yang sempit ini,beruntung banget aku….kugenjot dia selama setengah jam,Er gue mau kluar nih,kluarin didalem aja ya….langsung kuluberkan spermaku kedalam vag***nya crooott…croott,ohhh…ohhh… begitu kont** aku tarik keluar,ada bekas noda darah dikemaluanku, juga pada memiawnya,ternyata dia masih perawan ooiiii….lumayan ML pertama kali dapet bidadari perawan,setelah istirahat 5 menit,kuangkat dia keatas meja,kutaruh dia dengan posisi tengkurap,lalu aku ent*t lagi memiawnya dari belakang,kuremas teteknya,oohhh..opffhh….yes…oh my god…(biar kayak di film2 porno gitu),enak er…terusin ya sayang,aku lebarkan lagi kakinya dengan posisi badan membungkuk diatas meja,kupeluk dia sambil terus meremas toketnya yang yahud,sampai-sampai genjotanku terdengar suara..creeek..creeek…ccreeek…aku masih belum puas,lalu kurapikan lagi pakaiannya,mulai dari baju, blouse sampai roknya,tapi tanpa BH dan celana dalamnya,gue akan lebih puas kalau ngent*t loe dengan pakaian utuh,biar kayak karyawan kantor yang lagi ngelakuin affair secara sembunyi,lalu aku duduk dikursi,kutaruh dia diatasku dengan posisi membelakangiku,tangan kiriku meremas teteknya dari belakang,sedang tangan kananku menelusup kedalam roknya,aku arahkan lagi rudalku kearah vag***nya,dan bleeess…ohhh…enak banget Erly,oohhh…ngent*t loe dari belakang sambil megang toket loe,oohh..nggak tahan neh Er,gue mau keluar lagi nih….croott..croott…legaaa….aku bangun lagi,lalu aku telentangkan dia dilantai,kubuka lagi kancing bajunya,Erly aku pengin ngent*t toket loe nih….kuhisap dulu pentilmu ya,sluuuurp….sluuuurp…segeeeerr….enaaak banget kalo minum susu dari sumbernya,lalu kutaruh ludahku ditengah toketnya yang putih mulus itu,biar licin gitu….kutempatkan kont**ku di situ,kutekan toketnya dari samping kiri kanan biar bisa menjepit kont**ku,mulai ku maju mundurkan rudalku,,wowwwww…..what incredible tits honey,I ‘d never felt like this before ( ya iyalaaahh,namanya juga baru pertama kali ngesexnya),kont**ku Cuma kliatan helmnya,seakan-akan kont**ku tertelan sama toketnya erly,,apalagi saat aku duduk diatas tubuhnya,pantatku terasa angeet banget,dan pahaku terasa bergetar saat terbentur toketnya yang montok dan kenyal itu,makin kupercepat gerakanku,makin terasa nikmat…ploook…plokk…plook…ohhhh…aohhhh…terusin ya sayang,toketmu bener2 luar biasa,sambil aku remas pentilmu yang gede dan putih ini,putingmu aku pelintir ya,biar makin nongol keatas,babe,my sperm want to cum’….mau kluar nih saying,udah nggak tahan,crooottt…crooot….crooottt….spermaku keluar membasahi wajahnya yang cantik,,thanks honey…malam ini gue bener-bener puas,loe udah ngelayanin gue sampai kont**ku nggak sanggup berdiri lagi,lalu aku ambil tisu sama air buat bersihin dia,lalu kurapikan pakaiannya seakan-akan tak terjadi apa-apa,nggak terasa sudah 3 jam aku melampiaskan nafsuku sama erly,saat aku hendak keluar dari ruangan tersebut…tiba-tiba……terdengar suara seorang cewek yang memanggilku, mas….mas heri bangun…udah siang nih…mau narik nggak….jam segini masih molor,ooohhh sialan ternyata semua Cuma khayalan mimpiku,aku dibangunin sama istriku yang namanya juga erly tapi jauh banget dari apa yang aku impikan tadi,dia gendut, pendek,kulitnya item,ditambah lagi kerjanya sebagai penjual jamu gendong, sedangkan aku sendiri bekerja sebagai tukang becak……

| | edit post

PRIVATE TEACHER Part VI

Posted by Awan Punya Cerita 0 comments

Malam itu mbak Mar di ruang tengah nonton TV, ini saatnya beraksi. Aku gabung duduk di sebelahnya. TV menyajikan sinetron lokal kesukaannya. Gimana ya caranya memulai ? Aku bingung...
"Mbak udah punya pacar?"tanyaku
"Eh...hm... kenapa nanya-nanya?"malah balik nanya.
"Ya... pengin tahu aja. Punya ya?"
"Dulu......pernah"
"Sekarang engga ?"
"Udah putus"
"Kenapa putus?"
"Gak mau cerita ah..."
Macet lagi.
"Orang mana mbak?"
"Ada aja..mau tahu aja"
"Ya udah kalo gak mau kasih tahu..."
"Kenapa emang?"
"Saya pengin tahu kalo pacaran tuh ngapain aja..."
"Huu.... anak kecil gak boleh tahu..."
"Saya udah SMA, bukan anak kecil lagi"
"Tapi belum tujuhbelas..."
"Tahun depan udah.... Ayo dong mbak, kasih tahu ngapain aja"
"Engga ah... tahun depan aja"
"Kelamaan...."
"Emang sekarang udah punya pacar?"
"Belum...."
"Ya udah, entar aja kalo udah punya..."

Beberapa saat kemudian di layar ada adegan cowo yang hendak mencium pacarnya, tapi bibir belum sempat bertemu, adegan sudah dipotong dan...."Bersambung". Sinetron habis.
"Mbak ciuman juga ya kalo pacaran?"tanyaku sambil menggeser pantatku mendekatinya.
Dia hanya tersenyum. Eh..manis juga senyumnya. Channel kupindah, di HBO ada filem barat.
"Iya kan ?"
"Mau tahu aja...."
"Berarti iya. Enak ya mbak?"
"Hus... anak kecil nanya macem2..."
"Ajarin saya dong mbak...."
"Mas ini nakal....."
"Kok dari dulu panggil saya Mas melulu.... mbak kan lebih tua, panggil aja saya Didin"
"Yee... Ibu nyuruh manggil mas kok"
"Gak pa-pa. Umur mbak berapa sih?"
"20"
"Eh... tahunya selisih 4 tahun.... kirain..."
"Kirain apa?"potongnya.
"Kirain mbak baru 17"
"Ngawur...."
"Bener. mbak kelihatan lebih muda..."
Dia hanya ketawa. tapi wajahnya menyiratkan rasa senang. Kugeser lagi dudukku mendekatinya sehingga pinggulku nyaris bersentuhan dengan pinggulnya.

Macet lagi. Aku tak ada ide lagi.
"Entar kalo nyari pacar pengin kaya mbak"kataku membuka pembicaraan lagi.
"Ha...ha...masa nyari pacar kaya pembantu"
"Maksud saya.... yang manis dan seksi kaya mbak"Aku mulai masuk.
"Kaya tahu aja artinya seksi..."
"Tahu lah..."
"Emang seksi itu apa...." Dia mulai terpancing.
"Ya.... kaya mbak...."
Dia menoleh, mata bulatnya menatapku, seperti menunggu kelanjutan perkataanku.
"Dadanya....emmm...... "kataku sambil memperagakan bulatan dengan kedua telapak tangan di dadaku
Mbak Mar menunduk sekilas melihat dadanya sendiri, lalu kembali menatapku, menunggu.
"Pinggang yang kecil, dan....."
"Dan apa?"sahutnya.
"Pantat yang bulet"kembali aku membentuk bulatan dengan tangan.
"Belajar ngerayu ya...."
"Emang.... kan hampir tujuhbelas..."
Dia kelihatan senang aku puji begitu. Pandangannya kembali ke layar TV. Kuberanikan lenganku merangkul bahunya.
"Apaan sih...."katanya sambil menepis lenganku kembali ke tempatnya semula.
"Cuman gini aja kok mbak.... gak pa-pa kan?" Kurangkul kembali bahunya. Dia diam, tak menepis tanganku. Beberapa saat berikutnya kami berdiam diri menonton filem HBO, tanganku masih merangkul, bahkan mulai mengelusi bahunya.

Saat layar menyajikan adegan sepasang bule berciuman,
"Enak ya kayanya ciuman gitu...."komentarku. Dia masih diam.
Aku nekat, dengan cepat Aku bergerak mencium bibirnya. Bibirku sempat menyentuh bibirnya yang hangat sebelum dia berontak.
"Mas ! kamu ..... "teriaknya sambil beranjak berdiri.
Lengannya kutangkap dan kutarik dia duduk kembali.
"Saya pengin cium mbak.... sebentar aja...."kataku.
"Engga !"
"Pengin ngerasain enaknya ciuman"kataku lagi. Dia diam.
"Boleh ya mbak.... bentar aja"mukaku mendekati kukanya. Aku menciumnya. Mbak Mar pasif tapi tak menolak. Kulumat bibirnya, lidahku iku menyapu-nyapu mencoba membuka bibirnya. Akhirnya terbuka juga, lidah kami bertemu. Berikutnya bibirnya mulai aktif menyambut lumatan bibirku. Nafasnya kurasakan mulai memburu. Horee.... Aku berhasil mencium mbak Mar, pembantu Tanteku.... Tidak sebentar seperti permintaanku tadi. Cukup lama, sampai penisku menegang kencang. Tentu saja seperti yang kulakukan pada Tante, otomatis tanganku ke dadanya, kuremas. Mendadak mbak Mar menepis tanganku dan lalu melepaskan ciuman. Lalu, tak terduga dia menampar pipiku. Aku kaget atas reaksinya.
"Kamu jangan kurang ajar ya...."katanya kelihatan marah. Aku gugup, bingung musti gimana menghadapi penolakan. Aku belum pernah mengalami penolakan seperti ini.
"Bukan begitu mbak.... " Dia diam, masih terlihat marah.
"Saya udah lama perhatiin mbak...."kataku berbohong.
"Mbak gak ngerasa kan saya perhatiin...." Masih diam.
"Saya tertarik sama mbak..."Aku masih coba merayunya.
"Saya ingin pacaran sama perempuan yang baik .... selama ini mbak kan baik banget ama saya..."
"Saya ingin pacaran sama perempuan yang seksi..."
Mbak Mar menolehku
"Gak mungkin"katanya pelan.
"Apanya yang gak mungkin"
Dia tak menjawab.
"Apa salahnya kalau kita pacaran?"tanyaku sambil mulai merangkul lagi bahunya.
Masih diam.
"Apa salahnya?" Kuulang pertanyaanku. Mbak Mar menggeleng, lalu kepalanya rebah di bahuku, matanya terpejam.
Kudekati mukanya dan kucium lagi bibirnya. Mbak Mar menyambut ciumanku, bibirnya ikut melumat dan lidahnya juga ikut bermain, sedangkan penisku menggeliat lagi. Kami terus berpagutan. Tanganku tak berani lagi mampir ke dadanya, Aku hanya berani meremas-remas telapak tangannya.

Kutuntun telapak tangannya menuju selangkanganku dan kuletakkan tangannya di atas celanaku yang menggembung keras karena ulah penisku. Mbak kaget melepaskan ciuman dan menarik tangannya, matanya menatap selangkanganku. Aku tak mau kehilangan moment enaknya berciuman, kusandarkan lagi kepalanya ke lenganku dan kucium lagi bibirnya. Perlahan kutuntun lagi tangannya ke tempat semula, kemudian telapak tangannya yang sudah berada di celanaku aku remas-remas. Jadinya dia seolah meremasi penisku. Kugeserkan telapak tangan itu keatas dan kebawah, menyusuri juluran panjang penisku. Ketika tanganku melepas tangannya, dia sudah 'pandai' meremasi penisku sampai membuatku keenakan walaupun masih terlapisi dua lembar kain. Tanganku mengelusi bahunya.

Ciumanku turun dari bibirnya ke dagu, lalu ke lehernya. Mulutnya mulai mendesah, tampaknya dia mulai menikmati ciumanku. Kuberanikan menurunkan telapak tanganku dari bahunya menjamah dadanya. Tanganku ditepisnya. Aku sangat ingin meremasi buah dadanya yang terasa amat kenceng dan padat meskipun tak menyentuh langsung. Kuulangi lagi menjamah, ditepis lagi. Usahaku yang ketiga bahkan membuat dia melepaskan ciumanku di lehernya. Kutatap matanya seolah bertanya. Kepalanya menggeleng lemah, pandangan matanya sayu, mengingatkanku pada mata Tante kalau sudah sayu begini pasti minta aku segera masuk. Aku tak tahu kalau mbak Mar begini apakah minta dimasuki juga ?
"Kenapa mbak?"
"Tanganmu jangan nakal..."katanya pelan. Kepalaku diraihnya kembali ke lehernya. Kuciumi lehernya.
"Cuman raba-raba doang.. boleh dong mbak..."
Tak ada jawaban.
Tanganku sudah sampai di dadanya. bahkan sudah meremasnya. Tak ada lagi penolakan.
"Jangan dibuka ya..."katanya berbisik.
Tanpa gangguan Aku merabai dan meremasi buah dadanya, gantian kanan dan kiri. Dada mbak Mar memang terlihat menonjol walau ternyata bra yang dia pakai bukan model kain yang keras, lembutnya kain bra terasa oleh tanganku. Ini menunjukkan betapa kencang isinya, tak perlu topangan kain keras. Selain dagingnya yang sangat kencang, juga buah ini bulat bentuknya. Ukurannya memang tak sebesar buah dada Tante, tapi mbak Mar menang dalam hal kencangnya dibanding milik sang majikan.

Puas aku meremas-remas buah dadanya, tapi tanganku ingin langsung merasakan sekelnya daging dada mbak Mar tanpa halangan bra dan blouse-nya. Aku buka kancing blouse-nya. Mbak menepis tanganku.
"Udah dibilang jangan buka...." Dia mengangkat kepalaku dan kami berciuman lagi.
Ya sudah, kalau dia tak mau buka baju, aku saja yang mulai. Kubuka rits celanaku dan kukeluarkan penisku. Lalu tangan mbak Mar kutuntun lagi ke selangkanganku.
Mbak Mar kaget sampai melepas ciuman. Matanya turun menatapi kelaminku yang sudah tegak dengan gagahnya.
"Kamu......"
"Habis.... saya udah gak tahan mbak....." Kubimbing telapak tangannya untuk mengocok penisku. Dia nurut, dan kami berciuman lagi. Nafasnya memburu. Tanganku kembali meremasi dadanya. Lumayanlah meskipun dari luar, daripada engga. Tapi lama sekali aku belum juga merasakan memuncak, mungkin tadi siang udah muntah begitu banyaknya.

Dia lepaskan lagi ciumannya, tangannya juga berhenti mengocok. Mbak Mar terengah-engah.
"Mbak..... dibuka bajunya ya...."
"Engga !" Lalu kembali terengah.
"Bentar aja ya mbak....aku udah gak tahan nih...."
"Kamu mo ngapain" matanya melotot.
"Pengin cium2 dada mbak..."
"Engga. Sama pacar aja saya gak sampai begini..."
"Masa sih...."
"Pokoknya engga !"katanya tegas.
"Kan kita pacaran mbak..." Kalau dibilang ini rayuan, adalah rayuan bodoh, maklum belum pengalaman pacaran.
"Pacaran apaan..."katanya.
"Ya pacaran, Aku suka ama mbak"
"Mas bukan jodoh saya"katanya kemudian setelah diam sebentar. Pernyataan yang lugu.
"Kenapa bukan"tanyaku.
"Saya kan pembantu. Masa' majikan sama pembantu"
"Gak apa-apa kan ?"
"Lagian. .................... "katanya lagi.
"Lagian apa?"tanyaku.
Dia diam, lama.
"Lagian apa mbak?"kuulangi pertanyaanku.
"Mau tahu?"katanya.
"Iya dong... lagian apa"
"Punya Mas besar, punyaku kecil, berarti kita gak jodoh"katanya sambil melirik kelaminku.
Suatu pernyataan yang jujur, walaupun naif. Masa jodoh ditentukan oleh ukuran kelamin ?
Aku ketawa.
"Ketawa lagi...."katanya.
"Iya dong.... lucu sih. Masa jodoh ditentukan ama ukuran"
"Lha iya atuh.... Mas kan mau ama saya cuma main-main kan ?"
Pernyataan terakhir ini yang benar2 menohok jitu.
Yang membuka belangku.
Yang membuatku mundur tak meneruskan aksiku.

| | edit post

PRIVATE TEACHER Part V

Posted by Awan Punya Cerita 0 comments

Sudah tiga hari ini Aku berhasil menahan diri, sudah tiga hari ini Aku tak menyentuh Tante. Tantepun kelihatan tenang2 saja, tak coba menggodaku apalagi mengajakku berhubungan seks. Nah, hari keempat ini Aku sudah tak tahan lagi, aku sudah kepingin sekali menyetubuhinya. Sebenarnya Aku merasa tak enak sendiri selama tiga hari ini Aku seakan menjauhi Tante. Aku khawatir merasa kuacuhkan, apalagi selama tiga hari ini Tante tak berusaha mendekatiku.

Jalan untuk berbuat dosa lagi seakan begitu mudah, siang ini mbak Mar pamit keluar rumah. Aku tahu ini ketika dia turun tangga dan menuju pintu depan.
"Kemana Mbak?"sapaku.
"Mau ke tempat kakak..." Kakak dia kerja juga sebagai pembantu di luar kompleks, tak begitu jauh, hanya sekali naik kendaraan umum.
"Udah bilang Ibu kok...Mas"

Setelah Aku yakin mbak Mar sudah jauh, aku naik tangga ke kamar Tante. Kuketok pintu kamarnya.
"Siapa?" samar2 suara dari dalam.
"Didin Tante" Terdengar langkah kaki dan sejurus kemudian pintu terbuka. Tante muncul, memakai baju tidur model lengan panjang dan celana panjang yang rapat menutupi tubuhnya. Tidak seperti biasanya yang berdaster. Wajahnya terlihat kurang segar, tapi tak mengurangi nafsuku.
"Tante sakit?"
"Engga, kenapa?"
"Saya kangen....."
"Sini peluk Tante...."
Aku memeluknya dengan erat, Aku yakin Tante merasakan penisku yang tegang terhimpit di antara tubuh kami.
Beberapa saat kami berpelukan, kucium kedua pipinya lalu bibirnya. kami berpagutan.
"Saya pengin, Tante...." bisikku.
"Pengin apa...." Aku tahu Tante hanya menggoda. Kuciumi lagi bibirnya sambil kudorong tubuhnya menuju ranjang. Tante menurut walaupun kurasakan reaksinya tak sepanas seperti biasanya. Agak ogah-ogahan, tapi Aku tak peduli, habis sudah kepingin banget....

Kutindih tubuhnya, kubukai seluruh kancing baju tidurnya, juga kaitan bra-nya. Kuciumi buah kembarnya, tak puas-puasnya. Sudah kuduga, puting itu cepat menjadi tegang. Aku makin semangat menciumi dadanya.

Saat untuk mulai tiba, Aku menelanjangi diri, tapi Tante tak melepas celana tidurnya. Biasanya sewaktu Aku membukai pakaianku Tantepun segera berbugil. Ketika tanganku bergerak mau memelorotkan celananya Tante malah mencegah. Disuruhnya Aku rebah terlentang, Tante malah bangkit duduk di sampingku. Dia ingin di atas, pikirku.

Tante belum juga berbugil, tangannya mengelusi penisku yang sudah tegang maksimum. Diraba2nya seluruh bagian batangku, juga biji2 pelirku.
"Ayo Tante ..... saya dah gak tahan...."
"Sabar ya sayang...."
OK, aku tunggu. Kunikmati rabaan tangannya pada kelaminku.
"Punyamu emang gede..... panjang lagi...."

Aku sudah tak tahan, kuulurkan tanganku menggapai karet celananya hendak kuturunkan. Tante menahan tanganku. Aneh.
"Tante gak bisa Din...."
"Kenapa Tante.... saya pengin sekarang..."
"Tante sedang mens"
Mens ? Apa pula itu....
"Kamu belum tahu?"
"Belum Tante"
Dengan singkat Tante menjelaskan tentang siklus haid pada wanita serta larangan untuk berhubungan ketika sedang mens. Walaupun sambil bicara tangan Tante tak lepas masih mengelusi penisku. kemudian tanganku diraihnya dan disusupkan ke pinggangnya dan ke bawah. Kurasakan di celana dalam Tante ada 'ganjalan' yang menutupi kelaminnya.
"Itu untuk menampung"jelasnya. Ditariknya tanganku keluar lagi dari celana tidurnya. Aku mengangguk-angguk bagai anak SD menerima pelajaran baru.
"Kamu pengin ya..."katanya kemudian.
"Iya Tante.... Lihat aja..."jawabku sambil memegang kelaminku yang tegak kencang dengan gagahnya.
"Kasihan..... "kata Tante sambil mengelus-elus batang kelaminku.
"Kalo mens sampai berapa lama?"tanyaku
"Biasanya Tante sekitar seminggu"
Seminggu ? Celaka, berarti masih 4 hari lagi, mana bisa Aku menunggu begitu lama ?

"Nakal ya kamu...."kata Tante seolah berbicara kepada penisku. Digenggamnya penisku kuat2.
"Auuw..."Aku berteriak kecil. Lalu dielusnya lagi.
"Pengin banget Din ?"tanyanya.
"Banget Tante...."

Tiba-tiba tubuhnya membungkuk, dan ..... bibirnya mengecup batang penisku !
"Tante...."seruku kaget. Dia tak berreaksi.
Bahkan bibirnya terus mengecupi seluruh batang penisku, termasuk kepalanya.
"Tante...."
"Ssst.... nikmati aja ya..."
Lagi-lagi dia bikin aku kaget, lidahnya kini ikut bermain. Tante menjilati kelaminku ! Aku tak sempat lagi bicara apa2, Aku sibuk menikmati jilatan lidahnya pada kelaminku. Tak lagi sempat mikir tentang kepantasan. Bayangkan, isteri Oomku menjilati penisku.... Ini pengalaman pertama !

Aku tak bisa lagi menahan mulutku untuk tak berteriak, ketika tiba-tiba kepala penisku dimasukkan ke dalam mulutnya !
"Tante....!"
Matanya sekilas melihatku, lalu kembali asyik mengulumi kepala penisku. Tak hanya kepala bahkan, separuh batangku sudah lenyap ke dalam mulutnya. Lalu ketika kepala Tante bergerak-gerak naik-turun, Aku hanya bisa mendesis-desis persis seperti orang kepedasan. Oh.... alangkah nikmatnya ....
Mau-maunya perempuan cantik ini mengemuti kelaminku....
Aku serasa melayang di awang-awang....

Lalu ketika mulai kurasakan geli-geli di situ, aku duduk bangkit.
Saatnya hampir tiba....
nyaris tiba....

Aku menggeser mundur pantatku, maksudku hendak melepas penisku dari mulutnya, seperti yang sering kulakukan kalau sedang memompa dan terasa hampir keluar, aku selalu mencabutnya.

Tapi Tante malah mengikuti gerakanku, seolah tak rela penisku lepas dari mulutnya. Sementara Aku tak bisa menahan lagi untuk "keluar" dan tak sempat mencabut. Apa boleh buat, sambil setengah berteriak :"Tante ...Oooh..." Aku menyemprotkan maniku ke dalam mulut Tante !

Penisku berkedut-kedut, beberapa saat bibir Tante masih menggenggam batangku sebelum melepaskannya. Mulut Tante terkatub rapat dan tangannya menggapai tissue di meja rias, lalu dimuntahkannya cairan maniku di atas beberapa lembar tissue dan di buangnya ke kotak sampah di dekat meja rias.
"Tante .... kok.....?"
"Enak ?"tanyanya.
"Enak banget tante.... tapi Tante engga ...hmm...."
"Engga apa?"
"Engga jijik...?"
"Itu salah satu variasi bercinta Din.... namanya oral-sex"
"Banyak yang belum saya tahu tentang hubungan seks, Tante, jelaskan yang lainnya dong..."
"Nanti Tante jelaskan, satu-persatu ya..."

"Udah lega sekarang?"tanyanya. Dia melirik kelaminku yang mulai turun.
Aku mengangguk.
"Mau lagi ?"tanyanya menggoda. Kakinya dibentang lebar hingga celana dalamnya yang berlapis di dalamnya tampak. Aku menubruknya, kutindih tubuhnya, dan kuciumi dadanya. Puting itu masih menegang. Kukulumi.
Tante mendesah. Tapi kemudian ditolaknya tubuhku.
"Kenapa Tante?"
"Udah ah.... ntar Tante jadi pengin...."

Aku menuruni tangga dengan perasaan enteng, nafsu yang mendesak tadi sudah tersalurkan. Walaupun tak sepuas dibandingkan dengan hubungan kelamin, tapi cukup melegakan dan aku mendapat pengalaman baru : penisku disedot-sedot sampai keluar, di mulut lagi....

***

Perasaan enteng dan lega itu ternyata tak lama bertahan. Keesok harinya kembali gelora nafsuku mendesak, tapi Aku harus menunggu 3 hari lagi. Ingin dioral lagi seperti kemarin Aku tak berani minta, sebab selain merasa tak enak aku juga merasa hanya aku yang menikmati, Tante tidak. Kalau berhubungan seks selain nikmat aku juga puas bisa membuat Tante menggelepar keenakan. Tak adil rasanya bila Aku sendiri yang puas.

Hari berikutnya ketika Aku sudah tak tahan lagi, Aku coba cium-cium dan raba-raba tubuh Tante. Tapi ya cuma itu, sebab ada mbak Mar yang sekali-kali masuk ke ruang tengah.
"Ke atas yuk Tante...."bisikku.
"Tante belum selesai Din...."
"Saya tahu Tante.... masih dua hari lagi kan..."
"Nah itu kamu udah tahu...."
Kuraih tangannya dan kuletakkan di selangkanganku.
"Tapi saya gak tahan Tante...."
Digenggamnya penisku yang tegang.
"Ih....keras banget...."
"Dioral aja Tante ...."
"Kamu harus belajar sabar ya...."
Wajahnya serius. Aku tak berani minta lagi.
"Saya kangen...."
Tante masih asyik membaca, tak komentar.
"Pengin peluk Tante...." Aku merayu
"Pengin menelanjangi Tante...."
Masih diam.
"Pengin ciumin dada Tante...." terus usaha.
Aku remas-remas buah dadanya yang masih tertutup rapat.
"Tante....."

Tiba-tiba Tante membukai kancing blousenya, kemudian tali bra-nya diturunkan dan sebelah buah dadanya dikeluarkan dari "sarang"nya.
"Cium...."perintahnya. Tanpa membuang waktu aku langsung menciumi buah dada kenyal dan mulus itu dan mengulumi putingnya yang ternyata sudah mengeras.
"Dah...udah...."katanya sambil mendorong kepalaku.
"Ada Si Mar...."bisiknya.

***

Penantianku akhirnya berakhir, menurut perhitunganku Jumat ini Tante mens-nya selesai. Tak sabaran Aku pulang sekolah ingin segera sampai ke rumah. Ajakan teman2 untuk jalan2 ke mall aku tolak dengan berbagai alasan. Sampai di rumah Aku menunda makan siang dan cepat-cepat naik tangga menuju kamar Tante.
Tante...aku datang... kataku dalam hati.

Tanganku yang terangkat siap mengetuk pintu kamar Tante urung kulakukan. Samar2 kudengar suara2 aneh dari dalam kamar. Kutajamkan telingaku mendengarkan. Beberapa menit kemudian Aku mengerti. Suara desahan nafas dan erangan memberiku informasi bahwa Tante dan Oom sedang berhubungan seks !

Untung Aku tak jadi mengetuk pintu. Kalau tadi kuketuk, habislah Aku ! Dengan langkah hati2 Aku turun kembali menuju garasi. Benar, mobil Oom ada di situ. Tadi Aku buru2 dengan semangatnya sampai tak menyadari bahwa Oom ada di rumah. Baru kali ini Aku mendapati Oom di rumah siang hari. Tak biasa. Ada apa ? Mungkin Oom juga tak sabar menanti selesainya mens Tante sehingga pulang cepat hari ini ? Aku kalah cepat ! Sialan, Aku keduluan orang ! Orang ? Bukankah Oom adalah pemilik sah Tante ? Siapakah Aku ? Kenapa musti ngomel ? Kamu cuma keponakan yang kurang ajar. Kamu tak berhak untuk meniduri isteri Oom kamu ! Dia yang berhak !

Walaupun dengan rasa kecewa yang mendalam dan nafsu yang telah di ubun2, Aku menyadari posisiku. Aku masuk kamar ganti baju dan makan siang. Makan siang yang tak bernafsu, sama sekali tak nikmat sebelum nafsuku yang satu itu terpenuhi. Kubawa piring yang masih bersisa makanan ke belakang. Maksudku mau membuang sisa makanan ini agar tak ketahuan mBak Mar bahwa Aku membuang makanan. Biasanya Aku selalu menghabiskan makanan.

Tapi sampai di belakang ada mBak Mar sedang mencuci piring.
"Sini Mas, sekalian saya cuci..."
Apa boleh buat, kuserahkan piring sebelum Aku belum sempat membuang sisa makanan.
"Tumben gak habis...."katanya.
"Eh... iya mbak, tadi makan baso di sekolah"kataku asal, rada gugup.

Mendadak mataku tertuju ke dada mbak Mar yang sedikit terbuka. Tak ada kancing baju yang terbuka sebenarnya, hanya tepi kanan bajunya di bagian dada sedikit turun, memperlihatkan sebagian kecil bagian atas dada mbak Mar. Belum sampai ke buahnya sih, masih "jauh", tapi penampakan ini menggambarkan betapa menggelumbungnya dada mbak Mar. Nafsuku langsung naik lagi. Selama ini sekalipun Aku tak pernah memperhatikan mbak Mar. Aku begitu mabuk dengan Tante, satu-satunya perempuan yang pernah kulihat seluruh bentuk tubuhnya. Tubuh yang sempurna. Satu-satunya perempuan yang pernah kutiduri.

Hanya karena melihat sedikit wilayah dada mbak Mar, Aku jadi memperhatikan perempuan ini. Kulitnya sawo matang seperti perempuan Jawa pada umumnya, hanya terlihat bersih untuk ukuran perempuan desa. Wilayah dada tadi sedikit lebih cerah. Wajahnya biasa-biasa saja. Tubuhnya sedikit lebih pendek dari Tante, mungkin termasuk agak tinggi dibanding pembantu2 di sekitar rumah. Ternyata, dadanya membukit, kelihatan kencang letaknya agak ke atas, dan pantatnya menonjol ke belakang dengan pinggang yang lumayan ramping. Sosok tubuh yang lumayan seksi sebetulnya. Menyesal Aku tak memperhatikan dari dulu. Atau karena Aku sedang nafsu yang sudah beberapa hari tak tersalurkan ? Mungkin saja. Yang jelas di mataku sekarang ini tubuh itu tampak seksi.

Rasanya Aku ingin menubruknya, tapi untunglah Aku masih mampu menahan diri. Tapi ya.... daripada bengong gak dapat kesempatan menyetubuhi Tante...
"Saya bantu mbak" kataku sambil melangkah mendekati dan Aku berdiri di sampingnya.
"Gak usah Mas..."katanya.
"Sekali-sekali boleh dong ngebantu"
Mbak Mar yang menggosok piring dsb, Aku yang membilasnya. Sekali-kali lenganku menyenggol lengannya. Karena tubuhku lebih tinggi kadang seolah tak sengaja lenganku menyenggol ujung dadanya. Tak nampak ada protes atau penolakan, mungkin karena dia mengira Aku tak sengaja menyenggol. Tubuhku yang lebih tinggi juga memberiku keuntungan. Kalau Aku melirik ke dadanya, wilayah yang sedikit terbuka tadi nampak lebih "luas", bahkan tampak sebersit belahan dadanya, yang membuatku yakin dada mbak Mar memang montok. Makin membuatku senewen saja... Sayangnya, tak ada lagi piring dan peralatan dapur lain yang harus dicuci.
"Bantu apa lagi mbak"
"Udahlah...udah selesai kok"
Ada cipratan sisa makanan di pinggul mbak Mar menimbulkan ide nakal.
"Kotor nih mbak...."kataku sambil telapak tanganku membersihkannya. Tak hanya di pinggul, tanganku juga kebelakang, membersihkan setengah mengelus pantatnya. Wuuiih .... pantat mbak Mar kenceng banget. Pantat Tante memang kenceng, tapi ini lebih padet.
"Biarin lah Mas.... bentar lagi mandi"
"Mau bantu dimandiin?"
Wajah mbak Mar kaget, cuma sekejap tapi, sudah itu ketawa.
"Mulai nakal ya..."
"Atau bantuin ganti baju"
"Hus ...dah...kedepan sana..."katanya.
"Gak. Mau disini aja"
"Entar Ibu ngeliat kan gak enak"
Benar juga. Seperti diingatkan, apa jadinya kalau Tante tahu Aku menggoda mbak Mar.
Aku beranjak ke depan. Tapi sebelumnya secara tiba-tiba pinggang mbak Mar aku cubit pelan.
Mbak Mar teriak, tapi kemudian mulutnya dia tutup sendiri. Lenganku dipukulnya.
"Anak kecil nakal ...!"

Anak kecil ? Belum tahu dia. Memang umurku lebih muda 2 - 3 tahun dari dia, tapi soal pengalaman ?
Candaan tadi paling tidak membuatku berniat untuk lebih mendekati pembantu seksi ini, menggodanya, dan kalau mungkin menidurinya. Tapi pendekatan harus kulakukan pelan-pelan dan bartahap supaya tak ada penolakan. Lagian Aku belum yakin apakah mbak Mar mau...

Aku kembali ke ruang tengah nonton TV. Tan berapa lama kemudian Oom turun dengan pakaian yang sudah rapi. Hatiku bersorak. Kelihatannya Oom mau pergi lagi, dan Aku bisa minta "jatah"ku ke Tante...
"Eh kamu Din.... baru pulang?"
"Iya Oom..."
"Udah makan belum?"
"Sudah Oom .... barusan"
Terdengar langkah kaki di tangga, Tante turun, juga dengan pakaian rapi, dan ... wah.... cantik banget! Mukanya bersemu merah dan berseri-seri. Terus terang Aku iri pada Oom yang baru saja meniduri wanita cantik ini. Tak apa-apa....toh sebentar lagi giliranku. Tapi kenapa Tante sudah berdandan rapi begini ?
Tante ke meja makan.
"Makan Din...."
"Udah Tante"
Suami isteri itu lalu makan berdua, makan siang yang terlambat karena mendahulukan "makan siang" di ranjang.

"Din..."
"Ya Oom..."
"Bentar lagi Oom mau berangkat ke Bandung, pulang Minggu sore"kata Oom
Wah..... Aku bersorak. Bayangkan, Oom ke Bandung sampai Minggu berarti nginap 2 malam, berarti dua malam Tante tak ada yang menemani, berarti aku ........
"Tantemu ikut, jadi kamu baik-baik jaga rumah ya.."
Harapanku yang baru saja bersinar, langsung runtuh detik itu juga !
"Baik Oom, akan saya jaga baik-baik"kataku lesu.
Oom memberikan pesan-pesan apa saja yang harus dikerjakan oleh Mang Pendi, dan Tante nimbrung tentang apa yang harus dikerjakan oleh mbak Mar. Anehnya selama bicara Tante tak berani menatap mataku seperti biasanya. Mungkin dia merasa masih punya "utang" dan tak sempat membayarnya...

Selesai makan Oom menyuruh sopir untuk memasukkan traveling-bag ke dalam mobil. Oom lalu ke garasi bicara dengan sopir yang sedang mengecheck mesin mobil. AKu mendekati Tante yang sedang memberesi meja makan. Aku lihat kearah garasi, aman. Aku peluk tubuh Tante dari belakang.
"Eeehh... Din, kamu jangan ngawur"katanya pelan sambil melihat ke arah garasi.
"Saya pengin banget Tante.... pengin banget..." kuremas dadanya, Tante membiarkan, matanya tak lepas ke arah garasi.
"Gak sempet Din...."
Kudesakkan penisku yang mendadak tegang ke pantatnya.
"Iya saya tahu Tante..... "kugoyang pantatku.
Matanya terpejam dan terdengar rintihan amat pelan dari mulutnya.
"Udah Din....udah...."
Aku melepas, aku juga tahu bahayanya bila tiba-tiba Oom memasuki ruangan. AKu kembali duduk setelah dengan gemasnya meremas buah dadanya.

Untunglah tak berapa lama kemudia Oom masuk.
"Mam.... kita berangkat......"Oom melihat arlojinya. "Setengah jam lagi lah, Papa mo reply e-mail dulu"
"Okay Pap, selesaiin dulu lah..."kata Tante. Oom menaiki tangga. Komputer yang terhubung dengan internet memang yang ada di ruang kerja di lantai atas, sebelah kamar tidur.

Ini sebetulnya kesempatan bagiku untuk sekedar peluk-peluk Tante seperti tadi. Tapi Aku mikir resikonya besar, lagipula hanya akan membuatku makin tinggi tanpa sempat tersalurkan. Sabar sajalah, nanti saja kalau sepulang Tante dari Bandung.

Tiba-tiba Tante menarik tanganku, aku langsung berdiri mengikutinya masuk ke kamarku. Masih terkaget-kaget Aku ketika menutup pintu kamarku dan langsung menguncinya.
"Jangan ditutup, buka dikit aja..."kata Tante.
Tante langsung ke balik pintu dan bersender ke dinding. Tanpa perintah Aku langsung mendekatinya, dan hendak mencium bibirnya.
"Jangan cium...."
Aku baru ingat, Tante sudah berdandan. Kalau kucium lipstik di bibirnya akan habis dan akan jadi pertanyaan Oom.
Aku rabai dan remas2 dadanya. Tangan Tante lalu membuka rits celanaku dan mengeluarkan isinya. Dengan beberapa kali elusan saja penisku sudah membesar tegang dan keras siap tempur.
Lalu Tante melepaskan sendiri celana dalamnya, mengangkat roknya dan juga sebelah kakinya.
"Ayo....masukin.... gak banyak waktu...."katanya
Dan terjadilah, Aku menyetubuhi Tante dengan "standing style" seperti yang telah Aku ceritakan di awal tulisan ini ,,,,

***

Aku terbangun kaget. Rupanya Aku ketiduran setelah "standing service" dari Tante. Aku keluar kamar, mobil sudah tak ada di garasi, mereka sudah berangkat ke Bandung. Aku ke belakang panggil2 mbak Mar, tak ada. Oh... sudah jam 5 sore, mbak Mar pasti keluar rumah, biasa ngobrol antar pembantu di rumah sebelah, biasanya menjelang magrib dia pulang.

Aku duduk menghidupkan TV tapi pikiranku melayang, membayangkan kejadian siang tadi di kamarku. Tante begitu baiknya memenuhi permintaanku walaupun dengan mengambil resiko ketahuan suaminya. Idenya tadi sungguh segar dan nakal. Membayangkan itu, tak sadar penisku mulai menggeliat. Ah..... paling tidak Aku harus menunggu samapi Senin. Jadi ngapain saja Aku selama dua hari ini ?

Aha, mbak Mar !
Inilah saatnya untuk lebih mendekatinya dan merayunya. Kuputuskan untuk mulai menggodanya malam ini.
Aku menunggu dengan sabar sambil berpikir cara2 dan tahapan untuk menggodanya. Aku menemukan ide yang mungkin bisa jalan. Kucari-cari VCD di seluruh laci penyimpanan, dulu Tante pernah putar VDC yang ada adegan doggie style, tak ketemu. Atau VCD lain yang kira2 ada adegan seks-nya juga tak ketemu. Pasti disimpan Tante entah di mana, mungkin di kamarnya. Tapi Aku tak berani mancari-cari di kamarnya. Aha... mungkin besok Aku bisa pinjam teman !

| | edit post

PRIVATE TEACHER Part IV

Posted by Awan Punya Cerita 0 comments

Terus terang Aku ragu, apakah ini sudah pada sasaran yang benar ? karena menurutku ini terlalu ke bawah.
Tapi karena didorong, Aku langsung saja menghunjam, dan mentok.
"Aauuuw..... pelan2 sayang..."teriak Tante.
"Oh... maaf Tante...."bisikku. Aha, aku dipanggil dengan "sayang".
"Tusuk pelan-pelan ya.... punyamu gede banget sih...."
Aku lalu mendororng penisku pelan2, terasa hangat di kepala penisku. Tapi masih mentok seperti terbentur tembok.

Tante makin melebarkan bentangan kakinya, dan lalu ikut mendorong. Terasa olehku masuk ke lubang yang hangat. Ooh enaknya....
Tante melenguh
kudorong lagi.
Tante merintih.
Kulihat kepalaku sudah tenggelam.
Kudorong lagi.
Tante mengerang. Aku khawatir, jangan2 Tante kesakitan.
"Kenapa Tante...."bisikku.
"Terus aja....terus"
Akupun terus sampai seluruh batang penisku "hilang".
Tante mendorong pinggulku menjauh, Ooh nikmatnya ... kurasakan batang penisku bergesekan dengan liang vaginanya. Sampai ke leher penis, Tante menekan lagi. Benar ! memang nikmat....
Aku lalu tahu apa yang harus kuakukan, tusuk dan lalu tarik membuatku enak.

Gimana dengan Tante ?
Tubuhnya bergerak-gerak tak karuan, mulutnya menceracau tak beraturan, mata terpejam kepala mendongak.
Tubuhku dipeluknya erat sekali.
"Nanti.... kalau....mau keluar.... bilang yah..."bisiknya terpatah-patah di dekat telingaku. Aku hanya mengangguk-angguk. Aku mengerti apa yang dia maksud. Pengalaman bermasturbasi memberitahuku apa arti "keluar" itu. Keluar cairan putih dari kelaminku.

Aku terus memompa sampai suatu saat terasa amat geli-geli di penisku. Kupercepat pompaanku, saatnya hampir tiba. lalu dengan cepat Aku mencabut. Tante terkejut, wajahnya menyiratkan "tak rela" aku mencabut kelaminku. Lho.... kan Aku cuma menuruti perintahnya. Aku lalu tumpah di perut Tante, Aku bagai melayang-layang, tubuhku seperti tak menyentuh kasur....

Tapi gelinjangan tubuh Tante tak berhenti. Diraihnya tanganku dan digesek-gesekkan ke selangkangannya. Aku menuruti saja, habis bingung sih ... tak tahu apa yang terjadi dengan Tante. Beberapa saat kemudian Tante menghentikan tanganku, penghentian yang tiba-tiba. Kupandangi wajahnya, menyiratkan rasa kecewa yang sangat. Aku bingung. Kudekati dia, kupeluk tubuhnya.
"Kenapa tante?"
Tante tak menjawab. Tubuhnya menunjukkan kegelisahan. Tapi lama-lama dia diam sendiri.
Mendadak aku diliputi rasa bersalah. Dengan kurangajarnya Aku berani memasukkan kelaminku ke dalam tubuh Tante. Dengan jahatnya Aku melakukan hubungan seks dengan isteri Oomku. Sekarang dia kelihatan kecewa atau bahkan marah.
"Maafkan saya Tante...."
Tante memalingkan wajah, menatapku.
"Bukan salahmu Din.... ini salah Tante sendiri..."
"Saya juga salah Tante...."
"Sudahlah....."katanya kemudian.
"Saya sudah kurang ajar berani2nya melakukan..........."
"Ooh.... bukan itu Din, maksud Tante..... Okay Tante jelaskan ya"
"Sebelumnya Tante nanya dulu, kamu rasakan enak gak tadi?"
"Enak banget .... baru kali ini saya merasakan hubungan seks"
"Bener, ini yang pertama kali?"
"Benar Tante. Saya belum pernah"

Dia menerangkan tentang puncak hubungan seks pada lelaki dan wanita, tentang orgasme. Aku jadi mengerti kenapa aku tadi serasa melayang-layang saat Aku "keluar". Dan akhirnya aku juga paham kenapa tadi Tante kecewa. Tante belum sampai orgasme. Mau gimana lagi, waktu tadi aku tusuk-tarik begitu enaknya, otomatis aku mempercepat gerakan supaya enaknya jadi "banyak". Saking enaknya aku rasakan geli-geli yang luar biasa dan tak bisa kutahan.
"Kalau begitu sudah sepantasnya saya minta maaf membuat Tante tadi kecewa"kataku.
"Engga Din.... ini salah Tante. Tante lupa bahwa kamu baru pertama kali. Tante terlalu berharap tadi...."
"Baik Tante, saya tadi terlalu cepat orgasme sementara Tante belum...."
"Okay, gak pa-pa. Kan baru pertama kali, lama-lama kamu nanti akan belajar dari pengalaman...."
Belajar dari pengalaman !
Itu artinya hubungan seks dengan Tante tak hanya kali ini saja. Ini yang membuatku ber-bunga2, habis .... hubungan seks ternyata nikmat banget .... Beda jauh nikmatnya dibanding dengan kalau kulakukan sendiri dengan onani.

Dengan refleks Aku memeluk tubuh Tante dan menciumi pipinya.
"Eh...eh... ada apa ini..."
"Tanda ucapan terima kasih, Tante"
"Untuk apa?"
"Tante telah membuat saya merasakan nikmatnya hubungan seks"
"Oh iya?"
"Iya, Tante"

Aku bangkit mengambil kotak tissu, kubersihkan perut Tante dari ceceran maniku.
"Badan Tante bagus banget...."
"Ih....tahu apa kamu" Persis komentar yang tadi sewaktu Tante dengan pakaian senam.
"Putih. mulus, halus..... Mana ada yang kaya gini di kampung saya"
Tante hanya diam, entah senang atau tidak atas pujianku yang jujur.
"Di kompleks sinipun gak ada yang kaya gini"
"Emang kamu udah lihat tubuh berapa perempuan"
"Bukan begitu Tante, Gak ada yang seputih dan mulus kaya Tante..."
Tante masih diam.
"Cantik, lagi"
"Udahlah......"

Tante bangkit ke kamar mandi, lalu setelah dia keluar aku juga masuk untuk bersih2.
Tante tak langsung berpakaian seperti yang kukira, tapi masih tiduran di ranjangku dan masih telanjang bulat.
Tak bisa kubayangkan indahnya pemandangan ini. seorang wanita yang masih tergolong muda dengan tubuh yang begitu indah sedang tergolek telanjang di tempat tidurku. Aku tak jadi berpakaian seperti yang kurencanakan tadi sehabis cuci2, tapi ikut terlentang di sebelah tante.

"Din...."
"Ya Tante?"
"Kamu jangan bilang ke siapapun tentang yang kita lakukan ini ya..."
"Engga dong Tante, saya juga tahu Tante"
"Termasuk ke teman2mu"
"Pasti"
"Juga Oom kamu"
"Apalagi...."
"Okay....deal ya"
"Deal"
Hening lagi.

"Boleh saya nanya, Tante"
"ya boleh"
"Tapi ini ada hubungannya sama Oom"
"Ada apa sih"
"Tante gak marah?"
"Gimana mau marah orang belum tahu mau nanya apa"
Aku ketawa, kucium pipi Tante.
"Dah, mau nanya apa"
"Kalau sama Oom, Tante nyampe orga..... apa tadi, orgasme gak?"
Tante diam. Aku jadi menyesal menanyakan.
"Emmm.... nanti aja Tante jawab. Gak sekarang"
"Baik Tante. Gak marah kan ?"
"Enggaaa...."

"Sekarang Tante yang nanya"
"Silakan Tante"
"Kamu pernah onani?" kaget juga aku. Aku diam.
"Pernah gak?"
"Pernah Tante.... 3 kali"jawabku jujur.
"Oh iya.... Apa yang membuat kamu lakuin itu"
"Ya.... terrangsang"
"Iya Tante tahu, terangsang sama apa"
"Sama....... tapi sebelumnya saya minta maaf ya"
"Sama apa?" desaknya.
"Waktu ngeliat paha Tante...." Tak ada komentar.
"Juga dada Tante...."
Aku lalu ceritakan semua tentang selama ini yang mengintipinya.
"Tante marah ya ...."
"Engga lah. Justru tante yang mustinya minta maaf"
"Engga dong, saya yang udah kurang ajar ngintipin"
"Okaylah.... saling minta maaf" Kucium pipinya, Tante balas mencium pipiku. lalu kami berpelukan. Bungkahan halus di dadanya menekan dadaku, dan penisku mulai menggeliat. Kami lalu berpagutan, kulumat bibirnya dan kumainkan lidahnya dengan lidahku.

Tangan Tante menyusuri tepi pinggang dan pinggulku, lalu ke selangkanganku, di elus2. makin teganglah dia.
"Punyamu besar...."
"Ah masa....."
Kuraba-raba buah dadanya, membuat penisku mengeras.
Digenggamnya penisku lalu digosok-gosok, persis seperti yang kulakukan waktu onani. Kini penisku udah benar2 keras.
"Masukin Din......"
Aku bangkit, pahanya kubentang lebar. Aku sekarang tahu apa yang harus kulakukan. Kugesek-gesek kepala penisku ke seputaran liang kelaminnya, Tante melenguh. Beberapa saat kemudian aku mulai menusuk. Tante merintih. Sesuai pengalaman tadi, aku mulai memompa. Mulut Tante menceracau. Tak seperti tadi, walaupun sudah lumayan lama aku memompa Aku belum merasakan geli-geli. Aku makin cepat. Ada pengalaman baru, rupanya enak juga kalau menusuk perlahan dan menariknya pelan2. Aku lalu membuat variasi pompaan, cepat dan pelan. Tante semakin "kacau".

Ada pengalaman baru lagi. Tante menekan pantatku erat2 dan lalu memutar-mutar pinggulnya, membuat penisku yang didalam serasa dipelintir. Akupun tak mau kalah, membalasnya dengan "mengebor" kelaminnya. Variasi baru selain gerak tusuk cepat-lambat. Sampai mendadak kurasakan mulai geli2. Walaupun mati2an aku menahan, aku tak kuasa. Cepat2 kucabut dan aku meledak diperutnya lagi.
Kulihat wajah Tante. Aku tak bisa menebak ekspresinya. Aku rebah di atas tubuh Tante dengan lemas.

Beberapa saat kemudian....
"Tante sampai ...?"bisikku.
Diam sebentar, lalu
"Belum Din... hampir, tapi kamu lebih lama dibanding tadi...."
"Tante kecewa lagi dong"masih berbisik.
"Engga Din.... Tante cukup puas kali ini...."
Tiba-tiba Tante mendorong tubuhku dan bangkit.
"Bentar lagi Si Mar dateng...."
Astaga..... Aku tak pernah memikirkannya. Untung Tante ingat ...

***

Pengalaman pertama yang sungguh tak akan terlupakan seumur hidupku itu membuatku ketagihan. Seusai sekolah Aku langsung mencari Tante dan mangajaknya bersetubuh. Aku benar-benar menikmati aktivitas seks dengan isteri Oomku ini. Malahan pernah dilakukan di kamar Oom dan Tante, sebab ada mbak Mar. Tante mengalasi tempat tidurnya yang sudah ada sprei dengan selimut kecil untuk area kami berhubungannya seks. Lalu langsung mencuci selimut itu sesudahnya. Dia selalu berpesan kepadaku untuk tidak menumpahkan mani setetespun ke sprei. Untuk menghindari kecurigaan Oom.

Hari kedua dan ketiga setelah pengalaman pertamaku itu Tante belum juga berhasil mencapai orgasme. Tepatnya, Aku belum bisa membawa Tante ke puncak hubungan seks itu, padahal Aku selalu sampai. Pada hari keempat akhirnya Tante "dapat" juga.
"Kamu kok lama sih...."bisiknya Tante waktu itu.
"Engga tahu Tante...." Aku terus memompa, dengan segala variasi yang telah "kupelajari".
Hingga suatu saat Tante memelukku dengan amat kencang, kemudian tubuhnya berkedut-kedut beraturan beberapa kali. Dikuncinya kedua kakiku dengan belitan kedua kakinya ketika Aku mulai memompa lagi segera setelah kedutannya berhenti.
"Kalau Tante sedang begitu, kamu diam aja dulu"ajarnya.
Ini pengalaman pertama bagiku untuk mengetahui bagaimana orgasme perempuan.
"Kamu udah jadi lelaki...." Lho, emangnya kemarin aku perempuan ?

"Din...."bisiknya ketika kami sedang lemas tergolek setelah orgasme yang hampir bersamaan.
"Ya Tante...."
"Kamu kok jadi minta setiap hari...."
"Habis..... enak banget...."
"Jangankan ngeliat Tante, ngebayangin aja membuat saya terrangsang..."sambungku.
"Tapi jangan sampai mengganggu sekolahmu ya..."
"Enggalah .... entar kalo nilai rapor saya turun, Tante boleh hukum saya"
"Hukuman apa?"
"Misalnya, gak boleh makan berapa hari gitu"
"Gak mau, entar kamu sakit. Lainnya?"
"Gak boleh 'main' berapa hari?"
"Emmm.... boleh juga"
"Atau beberapa minggu?"
"Jangan"
"Kenapa tante?"
"Entar Tante yang gak tahan....."
Aku memeluknya. Pelukan mesra, serasa memeluk kekasih hati.

Pengalaman lain yang perlu kuceritakan adalah suatu siang Aku pulang sekolah langsung naik ke kamar Tante. Tak seperti biasanya kali ini pintunya tertutup rapat. Aku mau mengetuk ragu2, jangan2 ada Oom di dalam. Aku turun lagi tapi belum sampai bawah aku kembali naik. Penisku sudah menegang, Aku pengin sekarang juga Tante. Dengan nekatnya aku mengetuk. Tak ada reaksi. Ketuk lagi beberapa kali, juga tak ada jawaban. Nekat Aku buka pintu, tak terkunci. Kamar yang kosong. Juga tak ada selimut kecil seperti biasanya. Ranjang tertata rapi. Kemana dia? Ooh....aku meninginkannya sekarang juga.

Dengan lunglai aku turun. Sabarlah, mungkin dia lagi keluar, nanti saja kamu pasti dapat. Aku ke kamar untuk ganti baju. Begitu membuka pintu kamarku, Aku kaget setengah mati. Di kamar tidurku Tante tergolek sedang membaca majalah, telanjang bulat !
"Baru pulang..."katanya sambil senyum2 .... Kurang ajar, dia menipuku....
Aku langsung melepas seluruh pakaianku dan dengan telanjang bulat aku menyebunya.
Tante ketawa keras2....
"Tante nakal...."
"Sekali2 ganti tempat...."
Lalu kami bersetubuh.

Di tengah2 pompaan, tiba-tiba Tante mendorong tubuhku dan melepas pertautan kelamin.
"Ayo" ditariknya tanganku. Tante membuka pintu dan keluar.
"Tante" teriakku.
"Marni gak ada"
Bergandengan tangan, sama2 telanjang kami ke ruang tengah, aneh rasanya. Kupeluk tubuhnya, kudorong ke sofa.
"Sabar Din sabar...."
Dia lalu menuju ke rak dinding menghidupkan TV. Pemandangan aneh, ada wanita telanjang menghidupkan TV. Lalu dia menyalakan perangkat video. Tekan tombol 'play' tapi dilanjutkan tombol 'fast forward', Tante sedang memilih-milih adegan rupanya. Ketemu.

Di layar terpampang seorang wanita Jepang sedang menungging di atas ranjang. Lalu muncul lelaki bule telanjang bulat dengan penis yang sudah mengacung. Lelaki ini kemudian naik ke ranjang mendekati si Jepang dari arah belakang, dan lalu menusukkan kelaminnya dari arah pantat.....
Aku heran bukan main. Baru kali ini aku melihat cara hubungan seks yang Aku rasa aneh.
"Ayo... kita lakukan"ajak Tante.
Tante rebah ke karpet dan menungging, persis seperti si Jepang tadi. Aku tahu apa yang harus Aku lakukan.
kudekatkan penisku ke pantat Tante. Tangan Tante menjangkau ke belakang menggenggam penisku dan diarahkannya ke kelaminnya. Setelah kurasakan tepat Aku menusuk....

Pelajaran baru. Juga sensasi baru. Aku dengan bebas bisa sambil meremasi bukit pantatnya, atau bahkan bukit dadanya. Memompa dan memompa, variasi pelan-cepat, putar kiri-kanan, dan ...
Kali ini Aku menumpahi pantat dan punggungnya, bukan perut seperti biasanya.

Kadang terpikir juga olehku, pada malam hari menjelang tidur atau ketika aku terbangun di tengah malam, bahwa perbuatanku dengan Tante ini sungguh sangat tidak pantas. Aku menyadarinya. Aku juga sadar bahwa ini adalah perbuatan terlarang dan berdosa. Oom yang begitu baiknya memberiku tempat bernaung dan membiayai sekolahku, Aku membalasnya dengan meniduri isterinya. Aku juga pernah mencoba untuk menghentikannya, tapi sosok Tante begitu sensualnya, membuatku untuk selalu ingin menubruknya.

Ketika Aku berhasil menahan diri untuk berniat tidak meniduri Tante, justru Tante yang merangsangku. Seperti tadi siang ketika Aku sedang membaca di meja belajar, Tante datang ke kamarku terus ambil kursi duduk di sebelahku ikut membaca. Pakaiannya cukup tertutup, tak ada belahan dada dan singkapan paha. Tapi aura dan aroma tubuhnya bagai magnet kuat yang menarik diriku.
"Tante wangi..."kataku jujur.
Tante tak berkomentar, malah asyik membaca buku yang sedang kupegang. Kuperhatikan halusnya pipi yang begitu dekat, di samping kupingnya tumbuh rambut yang amat halus. Tak tahan aku untuk tak menciumnya, kucium rambut2 halus itu. Tante tak berreaksi, masih asyik membaca. Kucium telinganya. Tante menghindar, matanya tak lepas dari buku. Hanya tangannya ke pahaku. Kucium pipinya. Tiba-tiba tangannya ke selangkanganku, penisku yang mulai tegang dicekal dan diremasnya kuat. Aku kaget dan mengaduh. Tante malah ngakak.

Kuraih tubuhnya dan kubopong kuletakkan ke tempat tidur. Dengan cepat kubukai seluruh pakaian yang menempel di tubuhku. Kutindih tubuhnya, kulepas kancing dasternya, kusingkirkan bra-nya, dan kuciumi buah dadanya. Puting itu lalu menegang.

Kusibakkan tepi dasternya, tanganku lalu menyusup ke celana dalamnya. Vagina hangat itu telah membasah.
Kupelorotkan celana dalam Tante dengan cepat, kubentang pahanya, dan Aku masuk. Tante melenguh. Itulah suara pertama yang keluar dari mulutnya siang ini. Dari tadi dia tak berkata sepatahpun. Lagi-lagi Aku menyetubuhi Tanteku....

| | edit post

PRIVATE TEACHER Part III

Posted by Awan Punya Cerita 0 comments

Rupanya kekhawatiranlah yang menang. Tak lama Aku di situ lalu masuk kamar. Tapi lagi2, di kamar godaan itu begitu kuat. Aku ingin ke ruang tengah lagi. Aku gagal menahan diri ! Aku ke belakang ingin tahu Mbak Mar lagi kerja apa. Kuurungkan niat untuk berteriak memanggil mBak Mar, takut Tante terbangun. Di dapur tak ada. Aku ke kamarnya, dan kuketok, tak ada jawaban. Kuulangi lagi, masih sunyi. Pelan kubuka kamarnya yang tak pernah terkunci. Mbak Mar tak ada. Aman.....

Aku kembali ke ruang tengah, kembali mataku melahapi paha Tante. Masih ada rasa kurang aman. Aku keluar rumah menjumpai Mang Pendi di taman depan.
"Mbak Mar kemana Mang?"
"Oh ya, dia keluar tadi, Den" Aku selalu risi orang paro-baya ini memanggilku dengan Den.
"Tadi udah pamitan ama Ibu kok"katanya lagi.
"Ibu kemana?"tanyaku ngetest.
"Di dalam ga ada?"Mang Pendi balik nanya.
"Engga tuh..."jawabku berbohong.
"Di atas kali"

Aku kembali ke dalam. Aku mengamati paha Tante dengan bebas. Penisku langsung menegang. Baru kali ini Aku tahu ternyata di paha Tante tumbuh bulu2 yang amat halus, menambah keindahannya. Aku tegang, nafas memburu. Gelisah. Lupa akan niatku yang selama ini berhasil. Ingin rasanya aku mengeluarkan penisku dan mengocoknya seperti minggu lalu. Tapi itu terlalu berbahaya.

Tiba2 Tante menggerakkan tubuhnya. Aku tercekat, celaka. Aku siap2 kabur tapi tak jadi. Cuman gerakan sebentar, terus terdengar lagi dengkuran halusnya. Gerakannya tadi malah membuka pahanya sedikit lebih lebar, sampai secuil kain putih di ujung sana tampak. Celana dalam Tante ! Ampuun .... ini menambah keteganganku. Aku malah berharap Tante bergerak lagi sehingga makin melebarkan bukaan kakinya. Aku ingin melihatnya lebih lagi.

Aku bukannya surut untuk masuk ke kamar, tapi malah semakin ingin tahu celana dalamnya lebih banyak. Dalam kondisi yang begini tegangnya mempengaruhi akal sehatku. Aku nekat. Dengan amat perlahan tanganku menggapai ujung dasternya, kemudian dengan amat hati2 dan perlahan kusingkap ke atas. Tak menemui hambatan, karena daster itu cukup longgar. Ke atas dan lebih ke atas lagi sampai celana dalam Tante tampak keseluruhannya. Bahkan sampai sedikit kulit yang bukan main putih bersih di atas celana dalam.

Celana dalam Tante yang tipis agak menerawang memberiku "pelajaran baru". Semburat kehitaman di bawah perut Tante itu memberitahuku bahwa di kelamin perempuan ternyata tumbuh bulu2 juga. Kelaminku memang telah mulai ditumbuhi bulu, tapi aku tak tahu bahwa pada kelamin perempuan juga tumbuh. Maklumlah selama ini yang pernah kulihat hanyalah kelamin perempuan anak2 yang tentu saja polos.
Wah.... kalau saja Aku tak mampu menahan diri, celana dalam putih ini sudah Aku pelorotkan ingin tahu isinya lebih jelas.

Aku hampir saja berlari masuk kamar ketika kaki Tante bergerak lagi sebentar, lalu diam. Dengkuran halus itu yang mengurungkan niatku untuk kabur. Gerakan kaki yang menguntungkanku karena makin membuka pangkal pahanya lebih lebar. Kini selangkangan Tante tampak lebih kebawah, sampai nampak olehku lekukan persis di tengah. Aku mengerti itu jelas itu lekukan lubang kelamin, yang tak kumengerti adalah kenapa pas di lekukan itu agak membasah sehingga kain celananya nempel. Terbayang 'kan, bagaimana gelisahnya Aku ....

Dengkuran halus berhenti, tangan Tante yang bergerak-gerak, majalah yang menutupi mukanya tersingkirkan. Dengan cepat Aku bangkit dan mundur ke dekat pintu. Tante membuka matanya, menoleh kanan-kiri lalu melihat Aku yang berpura-pura baru saja masuk pintu.
"Oooh ...... "Tante menguap. "Kamu Din.....baru pulang...."katanya kemudian.
"Iya Tante"kataku agak gugup.
Tante bangkit dan cepat-cepat membetulkan rok-nya yang tersingkap. Aku melihatnya, dan celakanya, Tante menangkap mataku yang sedang menatapi bagian bawah tubuhnya. Tapi Tante biasa-biasa saja. Aku langsung masuk kamar, malu sendiri...

Di dalam kamar Aku kembali memutar "video" memori dari awal, semua yang baru Aku lihat ketika Tante tidur yang membuatku tegang lagi. Yang membuat langkah kakiku menuju kamar mandi, membuka rits celana dan "membebaskan" penisku dari himpitan celana. Kuelus-elus batang tegang ini. Lalu kuambil sabun, lalu aku membayangkan batang yang keras hangat ini menyeruak lekukan yang agak basah di selangkangan Tante...

***

Siang ini sepulang sekolah Aku kembali merapikan isi rak buku itu. Sekelompok demi sekelompok buku kuturunkan, kususun, kupisahkan dari dokumen2 lain yang bukan buku, lalu buku2 kuangkat lagi dan kususun rapi ke dalam rak. Beres, sekarang tampak lebih rapi. Puas aku memandangi hasil jerih payahku ini. Tapi ... di deretan kedua dari atas agak ke kiri ada yang tampak kurang rapi. Rasanya Aku sudah merapikan bagian ini. Mungkin ada orang yang mengambil buku dari situ, bisa Oom atau Tante, atau mungkin Aku kemarin tak teliti bisa saja. Aku turunkan sekelompok buku yang susnannya kurang rapi itu untuk kurapikan lagi.

Diantara tumpukan buku2 terselip suatu majalah dengan cover mengkilap dan huruf kanji yang membuat jantungku berhenti. Aku yakin benar majalah ini kemarin tak ada disitu. Berarti ada seseorang yang menyimpannya disini sewaktu Aku sekolah tadi. Siapa ? Aku tak ambil pusing, majalah itu lebih menarik perhatianku untuk kuteliti.

Cover depan yang membuatku terkejut adalah gambar perempuan Jepang telanjang bulat. Kulitnya begitu putih dan mulus, buah dadanya yang membulat dengan puting berwarna merah jambu, pinggangnya yang ramping dan perut yang rata. Sayangnya, bagian kelaminnya tertutup oleh pahanya yang menyilang. Cuma kelihatan sedikit bulu2 bagian atas, yang membuatku makin penasaran saja.

Tapi penasaranku tak berlangsung lama, di halaman 3 cewe cover tadi tampil 'seutuhnya'. Mataku langsung ke selangkangannya, bulu-bulu halus rapi menutupi sebagian "segitiga terbalik" di selangkangan cewe Jepun ini. Halaman berikutnya cewe telanjang tadi terlentang di selembar kain di halaman berumput, terus disampingnya berdiri cowo bule bugil dengan penis yang tegang mengacung. Penis bule tadi ukurannya mirip punyaku, hanya warnanya saja yang beda. Punya dia putih kemerahan sedangkan punyaku coklat gelap.

Aku langsung membayangkan kalau cowo itu Aku dan cewe itu Tante, bentuk tubuh cewe itu memang mirip Tante. Aku mulai berdebar-debar. Gambar berikutnya lagi cowo itu mencium buah dada cewenya dan tangan cowo itu ke selangkangan cewe. Dan ketika Aku membuka lembaran berikutnya, jantungku berdegup kencang, tanganku gemetar, nafasku sesak.

Jelas sekali penis cowo itu menusuk masuk ke liang vagina cewe Jepang. Begitu bergetarnya tubuhku sampai kurasakan semua persendian runtuh, tubuhku lemas melihat gambar yang baru pertama kali aku lihat. Menurutku masuknya penis itu terlalu ke bawah, seakan tidak pada lubang vagina. tapi di bawahnya. Itu bayanganku selama ini (di kemudian hari Aku tahu ternyata memang disitu letak liang vagina). Ini pelajaran baru bagiku. Betapa tak karuan perasaanku waktu itu, susah kugambarkan. Aku malah bingung, akhirnya kuputuskan untuk ke luar rumah, pergi tanpa tujuan ....

***

Siang itu aku sedang nonton TV di ruang tengah ketika mendengar bunyi mobil memasuki garasi. Beberapa saat kemudian Tante masuk yang lagi-lagi membuatku kaget. Tante masuk dengan pakaian senam yang ketat, mencetak seluruh "seluk-beluk" tubuhnya yang sempurna.

Di bagian atas, kedua bulatan dadanya tampil penuh dengan tonjolan mempesona. Kemudian ke bawah menyempit mempertontonkan rampingnya pinggang, dan "mendadak" melebar lagi di bagian pinggul. Sama dengan di bagian dada, bokong Tante juga tercetak bulat menonjol ke belakang. Lalu sepasang kaki panjang yang ujungnya bermuara pada selangkangan yang menggembung indah. Aku segera ingat gambar tubuh telanjang cewe Jepang. Memang mirip.
"Kenapa Din?"
Oh.... tanpa sadar aku menatapinya dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Eh...mmm... tubuh Tante bagus" begitu saja kalimatku meluncur.
Mata Tante sedikit terbelalak. Dia kaget. Jangankan dia, akupun kaget atas apa yang barusan kuucapkan.
Setelah kaget, baru aku khawatir. Aku telah bicara yang tak sepantasnya.
"Ha...ha.. tahu apa kamu" Eh, Tante malah ketawa.
Belum sempat Aku "membela diri", Tante langsung menaiki tangga. Ampuuun ..... goyang pinggulnya, membuat penisku menggeliat, membayangkan tubuhnya seandainya tanpa pakaian. Dasar kurang ajar.

Khayalan berlanjut. Kubayangkan tubuh indah tadi terlentang di depanku tanpa pakaian. Tampak gundukan di tengah selangkangan yang diliputi oleh bulu2 halus. Kemudian ada penis besar dan panjang yang tegang, yah... itu mungkin penisku yang memasuki gundukan berbulu itu, persis seperti gambar-gambar yang kemarin kulihat, lalu ............. terdengar langkah kaki....

Tante turun dengan blouse santai dipadu dengan rok di atas lutut warna coklat gelap yang menambah putihnya kulit tubuh. Wajahnya terlihat segar, habis mandi. Dihempaskan tubuhnya ke sofa panjang.
"Huuuhhh...... capek banget"katanya.
"Kan udah sering senam Tante"
"Iya...tapi tadi high-impact-nya lama.... ampe pegel2 semua"
Tante selonjor. Roknya sedikit terangkat manampilkan sepasang paha yang makin putih dan indah.
"Mau dipijitin, Tante?" Gila, kamu berani benar Din. Kalimat itu meluncur begitu saja. Ini adalah kalimat spontan yang muncul, seperti dulu di desa kalau ayahku mengeluh pegal2. Tentu saja Tante kaget mendengarnya.
"Eh, emangnya kamu bisa?"tanyanya.
"Dulu di rumah saya suka mijitin Ayah"kataku.
"Kamu sekarang engga capek?"
"Engga Tante"
"Gak ada PR?"
"Udah selesai"
"Ya cobalah...."katanya. Diambilnya semacam bantal yang di sofa, ditaruhnya ke karpet. Lalu Tante berbarig di karpet, telungkup.

Aku mulai dari pijitan di telapak kakinya. Tentu saja tak melewatkan pemandangan indah juluran sepasang kaki putih mulus dan sedikit paha belakang.
"Ehmmm.... enak juga pijitanmu"katanya.
Kedua telapak kaki selesai, aku ke pergelangan kaki.
Untuk pertama kalinya Aku menyentuh kulitnya yang begitu haluuuus. Lalu ke betis. Tante begitu menikmati pijatanku. Jelas saja Aku juga menikmati halus dan lembutnya sepasang betis Tante. Ini sudah cukup membuat penisku menegang.

Dari betis kuberanikan diriku untuk menjamah bagian tubuh di atas lutut. Bagian belakang lutut memang tak boleh dipijat, begitu kata ayahku. Ah.... padat banget pahanya. Mungkin karena Tante rajin senam. Amboi .... gundukan pantatnya itu.... Batangku sudah keras. Tanganku makin ke atas. Tak ada keberatan dari Tante. Bahkan ketika aku ke atas lagi yang tentu saja harus menerobos roknya, Tante tak melarang. Tapi Aku tak berani sampai pangkalnya. Aku kembali ke bawah, terus ke atas lagi. Tak sampai ke pangkal pahanya aku kembali ke bawah lagi. Roknya terangkat lagi sedikit. Begitu terus berulang-ulang. Tapi aku ingin melihat celana dalamnya seperti minggu lalu. Aku tak punya keberanian untuk mengangkat roknya lebih ke atas.
"Udah Din.... masa di situ terus..."kata Tante tiba2.
Ini menyadarkanku, memang dari tadi aku terus-menerus memijiti pahanya.
"Mana lagi tante?"
"Kamu capek gak?"
"Ah engga Tante, kalo mijitin ayah sampai sejam lebih"
"Ya udah, punggung Tante ya..."

Aku mulai dari bahunya seperti kalo aku mijit ayahku. Tentu saja sekarang jari2ku tak langsung merasai kulit punggungnya seperti tadi di kaki dan paha. Masih terhalang selembar blouse. Aku tak berani menyingkapnya. Padahal pengin banget merasai halusnya kulit punggung Tanteku ini. Lalu ke belikat. Kadang dengan kelima jari, kadang menekan-nekan dengan jempol saja. Tante menggeliat-geliat keenakan. Di bagian punggung jari2ku merasakan beha belakang Tante, yang membuatku membayangkan depannya, dan penisku menegang lagi. Waktu menekan-nekan dengan jempol, jariku yang lain merasakan beha bagian sampingnya, bahkan sempat merasakan kepadatan sebagian daging di dalamnya. Membuatku makin gelisah...
"Kalo ngurut kamu bisa gak?"
"Bisa tante, pake minyak apa?"
"Tolong ambilin di kamar, di laci meja rias, bentuknya kaya odol, warna biru putih, ada tulisannya KY"
Aku naik mengambil minyak yang dimaksud. Ada, tulisannya "K-Y Lubricating Jelly". Aku baru melihatnya, "odol" kok buat mijat.
"Apa sih ini Tante?"
"Ya buat ngurut, gak berminyak tapi licin"

Benar, di dalamnya ada cairan bening sedikit kental, licin tapi tak berminyak. Kembali Aku menjamahi betis mulus Tante. Sampai di paha adalah saat yang mendebarkan. Karena mengurut dari bawah ke atas dengan sendirinya tanganku mendorong pinggiran rok itu ke atas. Beberapa kali urutan sudah cukup untuk menampakkan celana dalam Tante. Gila..... bahkan pantatnyapun putih !

Celana dalam Tante tipis dan agak menerawang, seperti yang kulihat minggu lalu sewaktu Tante ketiduran, cuma yang ini ada hiasan renda2 di pinggirnya. Mataku terus tertuju pada bongkahan pantatnya yang sebagian tertutup celana dalam walaupun tanganku terus menguruti pahanya. Ingin rasanya aku merabai bongkahan kembar yang menjulang itu. Lebih kurang ajar lagi mataku lalu meneliti ke "sudut" di bawah pantatnya. Samar2 kulihat kain celana itu lengket ketat ke isinya, dan he.... seperti ada yang basah di situ.
Tante terkencing ? Bukan. Mungkin keringat, tapi aku tak tahu pasti. Pakaian senam tadi memang basah oleh keringat disana-sini, tapi dia tadi kan sudah mandi.

Suatu saat, mungkin aku terlalu banyak menuangkan cairan itu, paha Tante jadi begitu licin sehingga telapak tanganku "terpeleset" dan jempol kiriku sampai menyentuh di bawah sana. Benar, kurasakan di daerah situ basah. Tante mungkin geli sampai terkencing-kencing, pikirku.
"Udah Din sekarang punggung..."kata Tante. Suaranya agak serak. Entah kenapa.

Punggung..... berarti tiba kesempatanku untuk merasai kulit halusnya. Tak mungkin kan kalau mengurut ke blousenya ? Dengan deg-degan kusingkap blouse Tante sampai setengahnya dan Aku mulai mengurut. Bukan main halusnya kulit wanita ini, lembut banget. Tante kadang2 menggeliat. Berulang-ulang aku di situ.
"Ke atas lagi, Tante?"
"Iya" suaranya masih serak.
Maka kusingkap blousenya ke atas lagi sampai hampir ke bahu. Tante sedikit mengangkat tubuhnya supaya blousenya gampang kusingkap. Disinilah Aku kaget setengah mati.

Seluruh punggung putih itu telah terbuka, benar2 terbuka, tak ada lagi kaitan beha !
Aku yakin tadi Tante mengenakan beha, jelas terasa di tanganku sewaktu memijit. Kapan dia melepasnya ? Jelas sewaktu Aku ke atas mengambil "odol" ini. Otomatis mataku meneliti ke samping tubuhnya. Bulatan tepi buah dada kirinya tampak. Ooohh..... betapa perasaanku tak dapat kugambarkan. Yang jelas berdebar-debar sampai tanganku gemetaran. Indahnya dada itu, terlihat betapa padatnya.

Baru beberapa kali urutan mendadak Tante membuatku kaget lagi, padahal kaget yang tadi belum sepenuhnya hilang. Tante tiba-tiba membalikkan tubuhnya menjadi terlentang. Tentu saja kedua bulatan putih indah itu terpampang di depan mataku. Bulat, putih, mulus, ada urat2 halus kehijauan. Dan inilah baru pertama kali aku melihatnya, puting dadanya. Berwarna merah jambu, dengan lingkaran kecil coklat muda yang mengelilinginya, persis seperti gambar cewe Jepang yang duduk di taman itu. Beberapa saat Aku terpana menikmati pemandangan indah ini.
"Tante ..... "kataku pelan.
Pandanganku beralih ke wajahnya. Matanya sayu, kelihatan berkaca-kaca. Ada senyum tipis menghiasi bibirnya.

Tangan Tante menggapai lengan kiriku, dielus-elusnya. Aku merinding. Lalu ketika tangannya sampai di telapak tanganku, ditariknya tanganku ke dada kanannya. Telapak tanganku kini untuk pertama kalinya menyentuh buah lembut itu. Telapak tanganku dituntunnya memutar mengusapi buah dadanya. Dan kurang ajarnya aku, aku lalu mulai meremasinya. Mata Tante terpejam, tubuhnya menggeliat-geliat. Tanpa disuruh telapak tangan kanankupun ikut meremasi dada buah dada kirinya. Tante mendesah. Penisku keras sekali.
Beberapa saat aku meremasi dadanya, Tante perlahan bangkit duduk. Kami jadi berhadapan. Wajahnya mendekat. Bibirnya menyentuh bibirku. Kami berciuman. Baru pertama kali Aku mencium bibir perempuan. Lalu lidah Tante ikut menyapu-nyapu bibirku dan bahkan menerobos ke dalam mulutku. Ooh.... Aku melumati bibir Tanteku sendiri....

Selintas ada kesadaran di kepalaku. Ini tak benar. Aku melepas ciuman.
"Tante ......"kataku. He... suaraku jadi serak juga.
Tante tak berkata apapun, pandangan matanya makin sayu. Di usap2nya pipiku, dia angkat tubuhnya sehingga buah kembarnya tepat di mukaku, lalu ditempelkannya hidungku ke dadanya. Kuciumi buah dadanya. Dia arahkan putingnya ke mulutku. Aku bingung. Tapi cuma sesaat, karena Tante menyodorkan putingnya ke mulutku. Aku jadi seperti bayi yang sedang menyusu. Putingnya kecil, tapi keras. Kukemot-kemot. Tante merintih, dan .... "Ooh....Din....."

Lalu tangannya ke selangkanganku. Aku menghindar, entah mengapa aku malu Tante nanti tahu penisku sudah membesar dan keras. Tapi tangannya terus "mengejar", akhirnya aku menyerah. Tangannya menggenggam penisku.
"Din....." katanya berbisik.
"Ya Tante ..." Aku ikutan berbisik.
"Punyamu gede banget ....."
Gede ?
Apakah benar ?
Aku tak tahu, habis tak pernah lihat yang lain.

"Ayo.... kita pindah..."
Tante bangkit dan menarik tanganku, menuju kamarku. Buah dadanya berguncang indah.
Dia tutup pintu dan langsung dikuncinya. Sungguh Aku tak tahu apa yang akan kita lakukan di kamarku ini. Memang Aku pernah dengar dari teman2 sekolah tentang hubungan seks antara pria dan wanita. Aku waktu itu menjadi bahan tertawaan teman2 ketika menanyakan caranya, untuk apa, dll. Benar2 polos, kata mereka. Lalu Dito, kawan yang paling dekat menerangkan bahwa kelamin laki-laki dimasukkan ke dalam kelamin perempuan. Aku tak komentar apa-apa, hanya merasa aneh, mana cukup penis masuk, apakah tak sakit perempuannya ? Katanya enak. Aku berpikiran seperti itu karena melihat ukuran penisku yang tegang seandainya dimasukkan ke kelamin perempuan yang kecil, kelamin anak perempuan yang pernah aku lihat.

Tapi masa Tante ingin mengajakku berhubungan seks ? Bukankah Aku adalah anak dari kakak suaminya ?Tapi Tante lalu melepas blousenya melalui kepalanya, yang dari tadi menggantung di bahunya. Dia lalu membuka rits celanaku dan seterusnya sampai Aku telanjang bulat. Dirabanya penisku yang mangacung ke atas dan keras. Kemudian Tante melepas roknya, lalu disuruhnya Aku melepas celana dalamnya.

Aku bagai kerbau yang dicocok hidung menuruti kemauannya. Kupelorotkan celananya yang berenda itu. Ada cairan bening yang membasahi celana dalamnya. Lalu menarik tubuhku hingga rebah berdua ke kasurku.
Digenggamnya kelaminku dan kakinya mengangkang lebar. Aku takjub melihat selangkangannya. Lagi-lagi mirip gambar vagina cewe Jepang di majalah yang kutemukan di rak buku. Baru pertama kali Aku melihat kelamin perempuan dewasa. Bulu2nya halus rapi. Kemudian kulihat ke bawah lagi, ah .... begitu "complicated" ujudnya. Ada daging yang berlipat-lipat. Tidak seperti yang pernah kulihat, hanya berbentuk segitiga dengan "garis" vertikal di bawahnya.

Dituntunnya kelaminku ke arah kelaminnya. Digesek-gesekkan kepala kelaminku ke situ. Terasa sesuatu yang hangat dan membasah, dan tentu saja rasa enak di kepala penisku. Beberapa kali Tante menggesek-gesekan disitu, lalu ketika sampai di bagian bawah dia melepas genggamannya, tangannya ke belakang pantatku dan dia menekan.

| | edit post

Search This Blog